Mengapa Menulis?
Menulis menjadi ketertarikan tersendiri, menuliskan berbagai pengalaman hidup, kejadian sekitar, fenomena politik, puisi,dan keseharaian merupakan hal yang menyenangkan. menulis mampu menguras pikiran sekaligus menjadi tantangan untuk mengembangkan diri.Â
Sewaktu mengikuti proses kaderisasi di lembaga kemahasiswaan dulu, saya mendengar ungkapan seorang senior yang berkata "karena kita tidak bisa mengingat semua pengetahuan yang diperoleh, maka ikatlah pengetahuan dengan cara menulis". Ungkapan itu menurut saya memang benar dan sangat relevan jika dikaitkan dengan kondisi yang terjadi.Â
Sekian banyak pengetahuan mungkin telah lenyap tak tersisa dan tergerus oleh waktu yang selalu bergerak karena tidak dituliskan. Poin ini dapat dikatakan sebagai alasan mengapa harus menulis sebab menulis adalah mengikat pengetahuan yang tak bisa disimpan semua oleh ingatan.
 Selama menjalani proses penulisan, saya juga merasa ada manfaat positif lain yang diperoleh, yakni dengan menulis kita bisa mempertajam pemahaman akan suatu tema tertentu, karena menulis akan memaksa kita untuk mencari dan membaca lebih banyak referensi dan sumber rujukan terkait tema yang sedang dikerjakan.Â
Membaca rujukan referensi tema yang akan dibahas juga membuat kita lebih fokus dan memahami lebih dalam lagi tema pembahasan.Â
"Berbeda dengan sekadar membaca saja, pemahaman kita akan suatu tema tidak akan setajam jika kita menuliskannya kembali.
Selain itu, mengutip perkataan Pramodya Ananta Toer "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian", seakan memberi kita petunjuk dan motivasi bahwa menulis ialah mengabadikan diri dalam catatan sejarah kehidupan manusia.Â
Kita tahu bahwa hidup ini singkat, kita tidak akan hidup selamanya, maka menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitu banyak tokoh yang telah mati ratusan tahun bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu, tetapi masih dikenal dan diingat oleh manusia masa kini karena karya yang ditulisnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H