Teknologi yang digunakan oleh Nestra Coffee adalah steaming dengan pressure dan penambahan enzim bromelin. Prosesnya adalah biji kopi yang masih hijau dipanaskan di suhu tertentu lalu dikeringkan hingga mencapai kadar air tertentu. Kemudian diproses lagi melalui proses biasa. Jadi ada 2 kali pemrosesan. Makanya harga kopi decaf lebih mahal dari kopi biasa.
BRIN mendukung Nestra Coffee dalam hal memberikan dana riset untuk membuat mesin pengolahan kopi decaf. Sementara untuk melakukan pengolahan, Nestra Coffee bekerja sama dengan para mahasiswa yang melakukan eksekusi dan finalisasi.
Jadi, para mahasiswa benar-benar diberdayakan untuk berbisnis dan punya pengalaman dalam entrepreneur. BRIN juga memfasilitasi kopi decaf ini untuk perijinan, BPOM dan lain-lain.
Bukan hanya Nestra Coffee yang melakukan inovasi membuat kopi rendah kafein. Siswi SMA Negeri 1 Simpang Kiri Kota Subulussalam Aceh, yang menjadi finalis LKIR, yaitu Dwinta dan Dita Ariyani, juga berinovasi membuat aplikasi pemilah buah kopi gayo.
Berangkat dari keprihatinan tentang banyaknya kopi mentah yan gikut dipetik petani kopi ketika memanen kopi. Akibat petani kopi kurang telaten memilah kopi matang dan kopi mentah.
Kopi mentah ini mempengaruhi kualitas Kopi Gayo yang akan dijual. Karena itu para siswi tergerak untuk membuat aplikasi pemilah kopi.
Ada 3 indikator yang ditunjukkan dalam aplikasi yaitu kopi matang, kopi mentah dan bukan kopi. Cara penggunaanya mudah, tinggal buka aplikasi dan arahkan kamera ke buah-buah kopi. Akan muncul indikator di aplikasi tersebut dan petani kopi bisa memetik kopi yang sudah matang saja.Â
BRIN mendukung kiprah para siswi dengan memberikan mentor yang membimbing soal pembuatan laporan hingga proses menjadi finalis LKIR (Lomba Karya Ilmiah Remaja).
Mentor dari BRIN juga memberi masukan tentang aplikasi yang dibuat. Ke depannya, aplikasi ini akan terus dikembangkan hingga bisa memilah mana kopi yang sehat dan mana kopi yang berpenyakit. Menarik sekali ya.