Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Karya Seni Kamoro, Bisakah Mendunia? Ini Kata Ghea Panggabean dan Asha Smara Darra

6 November 2021   09:44 Diperbarui: 3 Desember 2021   15:30 4006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahat karya seni (Dokumentasi Yayat)

Selain itu program ini juga menjadi jalan agar mereka lebih mengenalkan karya seninya. Masyarakat harus tahu bagaimana proses sebuah karya seni dibuat.

Kenapa bisa muncul motif buaya, ular dan lain sebagainnya. Ada latar belakang dan proses pembuatan karya seni hingga masyarakat akan lebih menghargai sebuah karya seni.

Asha Smara Darra juga menyarankan para desainer untuk hati-hati membuat fashion dari seni sebuah daerah seperti suku Kamoro.

Motif Kamoro itu sangat natural dan terinspirasi oleh alam. Jadi sebagai desainer harus kreatif membuat fashion tanpa menghilangkan esensi dari seni Kamoro tersebut.

Patung buaya (Dokumentasi Yayat)
Patung buaya (Dokumentasi Yayat)

Sesungguhnya memajukan produk lokal adalah tanggung jawab banyak pihak. Sebagai desainer, Asha berkomitmen ikut memajukan produk lokal dengan cara mengenalkannya ke mancanegara. Tak lupa Asha mengajak para desainer muda untuk mengolah produk lokal Indonesia.

Indonesia punya banyak ragam budaya, tinggal pilih dan kemas lalu sesuaikan dengan pasar yang dituju, pasar Internasional terbuka untuk itu.

Saya setuju sekali dengan pendapat kedua desainer ini. Sebagai penyuka produk lokal, memang sudah saatnya kita melirik produk negeri sendiri.

Selain melestarikan budaya dan seninya, juga untuk meningkatkan taraf kehidupan para pengrajinnya. Kalau bukan kita yang mendukung produk lokal, maka siapa lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun