Dulu ketika Bogor belum banyak diserbu kue-kue kekinian, sebagai oleh-oleh saya selalu membeli talas dan manisan pala. Talas identik dengan Bogor. Kalau saya pulang menenteng talas, tetangga langsung menebak "dari Bogor ya?" Untuk manisan pala, saya memakannya sebagai cemilan. Buah pala warna hijau berbentuk bunga dengan baluran gula putih yang banyak sekali, cocok menemani saya minum teh.
Di rumah bu Oyok, saya memegang sebungkus manisan pala. Warnanya ada yang hijau, merah muda dan putih. Ketika memegangnya, ingatan saya kembali ke masa dulu ketika saya masih rajin membeli penganan ini. Banyaknya kue-kue kekinian yang dijual di Bogor, membuat saya melupakan manisan pala.
![siap dijual (dok.yayat)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/21/pala-1-5dd67c40d541df18595e0002.jpg?t=o&v=770)
Usaha manisan pala ditekuni bu Oyok sejak tahun 1982. Ia belajar membuat pala dari orang tuanya yang juga berjualan manisan pala sejak tahun 1940 an. Hanya bu Oyok yang menjadi penerus usaha orang tuanya.Â
Ketika ditanya, siapa anak bu Oyok yang akan menjadi penerus usaha manisan pala selanjutnya, bu Oyok bilang tidak tahu karena anak-anaknya tak ada yang tertarik membuat manisan pala.
![membungakan buah pala (dok.yayat)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/21/pala-2-5dd67db0097f3626ef3eb502.jpg?t=o&v=770)
Ketika pertama kali menerjuni usaha ini, bu Oyok mengeluarkan dana 400 ribu rupiah sebagai modal. Kala itu, uang sejumlah ini bisa untuk membeli pala sebanyak 50 kilogram. Sekarang ia harus merogoh kocek sebanyak 15 juta rupiah untuk membeli 1 ton buah pala. Masa penjualan yang ramai adalah di saat liburan anak sekolah dan menjelang Lebaran. Jika Lebaran, bu Oyok harus siap dengan stok manisan pala sebanyak 2 ton dan stok itu selalu habis. Luar biasa ya.
![palanya jadi bunga (dok.yayat)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/21/pala-3-5dd67ccad541df2cce6da1f2.jpg?t=o&v=770)
Proses Membuat Manisan Pala
Setelah selesai bercerita, bu Oyok mengajak kami melihat proses pembuatan manisan pala. Ini yang sejak tadi saya tunggu. Di teras samping rumahnya, ada 2 tong besar berisi pala mentah. Pala yang masih mentah ini rendam air garam selama 3 hari. Setelah itu, pala dicuci bersih, dikupas, dipisahkan dengan bijinya lalu direndam dalam air biasa selama 2 hari. Â
![proses pelapisan gula (dok.yayat)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/21/pala-4-5dd67d1fd541df493538e452.jpg?t=o&v=770)
Bu Oyok menggunakan pewarna makanan, jadi tenang saja ya manisan palanya aman. Kemudian buah pala dibalur gula pasir lalu dijemur. Saat air buah pala sudah kering, buah pala kembali dibalur gula pasir. Makanya gula pasir di manisan palanya cukup tebal karena dibalur berkali-kali. Setelah itu, buah pala dimasukkan ke oven khusus untuk dilakukan proses pengeringan. Oven ini dibuat secara mandiri oleh keluarga bu Oyok.
![bu Oyok (dok.yayat)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/21/pala-6-5dd67d6ad541df539f2bde32.jpg?t=o&v=770)
Membuat manisan pala basah, prosesnya lebih sederhana. Setelah dibelah, buah pala direndam dalam air gula tanpa pewarna. Karena buat manisan pala basah, warnanya adalah warna asli buah pala yang agak kuning itu. Buat Anda yang tak ingin makan manisan pala kering yang gula pasirnya tebal, Anda bisa makan manisan pala basah. Manisan pala basah malah rasa palanya lebih terasa ketimbang yang kering.
![pala sedang dikeringkan (dok.yayat)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/21/pala-7-5dd67eb3097f365d81267602.jpg?t=o&v=770)
![manisan pala basah (dok.yayat)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/21/pala-8-5dd67ef7097f367c03781d22.jpg?t=o&v=770)
![logo KPK (dok.KPK)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/11/21/logo-kpk-5dd67f46097f3617af1436b2.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI