Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hidup Sulit dan Tanpa Listrik, Anak-anak Pulau Kei Besar Tetap Ceria

29 Oktober 2019   14:53 Diperbarui: 30 Oktober 2019   02:04 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tanahnya berbatu batu besar (dok.yayat)

anak-anak yang terbiasa hidup keras, saya nggak termasuk diantaranya (dok.yayat)
anak-anak yang terbiasa hidup keras, saya nggak termasuk diantaranya (dok.yayat)
Mereka belajar dengan penerangan seadanya. Sekolahpun jalan kaki berkilo-kilo jauhnya. Menempuh jalan terjal berbatu, sempit dan sepi. Nggak takut? Tanya saya. 

Dijawab dengan semangat "Tidak ibuuuuuu!" Rumah sakit juga jauh lokasinya dari sini. Kalau sakit parah, mereka harus ke kota terdekat untuk berobat diantar dengan speedboat yang sudah pasti mahal ongkosnya karena jalan darat teramat rusak dan akan lama tiba di rumah sakit terdekat.

Tanpa listrik, praktis kegiatan di malam hari jadi terbatas. Selain kendala listrik, tak ada sinyal internet yang masuk ke desa ini. Telepon yang digunakan murni hanya untuk berbicara dan ber-SMS. Itupun sinyal Telkomsel, satu-satunya provider yang bisa digunakan di Kepulauan Kei, lebih banyak off nya daripada on nya. 

Karena itu anak-anak di sini terlihat kurus tapi sungguh cekatan. Mereka terbiasa bergerak dan tak duduk diam memainkan gadget. Anak-anak ini seperti hidup di belahan dunia yang lain. Padahal mereka di wilayah yang sama seperti saya, Indonesia.

Saya ceritakan tentang Jakarta ketika mereka bertanya dari mana asal saya. Lalu ketika saya tanya, ada pesan apa untuk teman-temannya di Jakarta? Mereka bilang, mereka ingin teman-temannya di Jakarta datang ke sini dan mereka akan ajak teman-teman Jakarta menyambangi air terjun yang luar biasa indahnya. Sungguh niat yang baik yaaaa...

mengadu pada pak Bupati (dok.yayat)
mengadu pada pak Bupati (dok.yayat)
Inginnya saya lebih lama bercanda dengan mereka, apa daya malam kian larut dan rombongan pak Bupati harus kembali ke Elat. Sebagian dari rombongan tak kembali ke Elat menggunakan mobil menempuh jalan rusak melainkan menggunakan speed boat yang sudah disiapkan. Saya termasuk rombongan yang kembali ke Elat menggunakan speed boat.

Ternyata di sebelah lapangan kecil ini adalah laut. Jadi kami naik speed boat dari situ. Rombongan anak-anak mengantar kepergian kami setelah sebelumnya berebutan menyalami sembari riuh mereka mengucapkan selamat jalan. Keceriaan mereka tak berkurang malam itu.

Speed boat meluncur cepat membelah laut di kegelapan malam. Teriakan ceria anak-anak Ohoi Ad Wer Aur tak terdengar lagi. Mereka pasti segera tidur dan bersiap menjalani hidup yang keras lagi esok hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun