Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekolah ini Tak Kena Sistem Zonasi dan Bikin Anak Kreatif, tapi kok Jarang Dilirik

13 Agustus 2018   20:33 Diperbarui: 14 Agustus 2018   07:59 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Ari dapet plakat Kompasiana (dok.yayat)
Pak Ari dapet plakat Kompasiana (dok.yayat)
Saya tak hendak membahas lebih jauh soal sistem zonasi, karena teman-teman lain sudah banyak yang menulisnya. Saya tak juga ingin menyalahkan Kemendikbud yang membuat sistem ini karena apapun peraturan pemerintah, sejatinya itu untuk membuat kualitas pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Udah tau kan ya kalo pendidikan kita tertinggal banget sama negara luar.

Namun saya ingin menulis tentang alternatif biar para orang tua nggak pusing dengan sistem zonasi. Biar orang tua nggak setress dan berpotensi bikin anak makin setress. Kasian lho anak kita, udah setress karena Ujian Nasional, setress lagi pas mau melanjutkan sekoah. Jangan tambahin ke-setress-an pada anak-anak karena akan sekolah di manapun mereka pasti mereka akan setress juga menghadapi aneka macam pelajaran sekolah. Alternatifnya apa? Masukkan anak ke Sekolah Menengah Kejuruan.

SMK yang membuat anak kreatif tapi jarang dilirik

Kebanyakan orang tua masih memandang rendah Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Anak-anak yang masuk ke SMK dianggap anak-anak yang nggak bakal melanjutkan kuliah dan begitu lulus langsung bekerja. Kuliah itu cuma untuk anak-anak lulusan SMA, anak SMK mah langsung kerja aja di minimarket.. kalimat ini beberapa kali saya dengar. Iya bener.. masih ada yang berpikir begini tentang anak-anak lulusan SMK.

Dulu.. saya masuk SMK setelah lulus SMP. Jaman saya SMK namanya masih SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas). Orang tua saya memasukkan saya ke SMEA dengan tujuan saya bisa langsung bekerja. Kalaupun saya melanjutkan kuliah ya pengennya saya bisa membiayai kulisah dengan nyambi bekerja. Dulu anak SMEA memang lebih cepet dapet kerja ketimbang lulusan SMA.

SMK banyak prakteknya (dok.portal.ditpsmk.net)
SMK banyak prakteknya (dok.portal.ditpsmk.net)
Tapi itu dulu.. ketika handphone penampakannya belum tau kayak gimana. Saat ini, SMK menjadi tempat sekolahnya anak-anak kreatif. SMK sekarang nggak sebatas jurusan perkantoran, pemasaran,  pembukuan atau teknik. Jurusan di SMK berkembang seiring perkembangan jaman. 

Sekarang ada jurusan broadcasting, multimedia, animasi dan lain-lain. Beberapa tahun lagi jurusan di SMK akan makin banyak, menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Ketika memasukkan anak saya ke SMK, tujuan supaya anak saya cepet bekerja setelah mereka lulus adalah tujuan yang ketiga. Tujuan pertama adalah agar anak saya berkembang kreativitasnya, nggak melulu hanya tergantung pada pelajaran di buku. 

Tujuan yang kedua adalah agar mereka punya keahlian khusus. Dengan memiliki keahlian khusus, saya berharap anak-anak saya lebih bisa bersaing di jaman sekarang.

Ketika dua anak saya masuk ke SMK dan mengambil jurusan animasi, tetangga sekitar rumah mengernyitkan dahi ketika mendengar anak saya sekolah di jurusan animasi. Apa itu animasi? Menggambar? Wong menggambar aja kok pake sekolah.. begini komentar yang saya dengar. 

Tapi saya membalasnya dengan senyum. Sama tetangga nggak boleh membalas dengan kalimat negatif.. nanti nggak dikasih opor ayam waktu Lebaran hahahaha...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun