Saya walaupun hanya guru bimbel, selalu berpesan pada siswa saya jika saya berikan PR. Jangan tanya pada siapapun, kerjakan sendiri, berpikir sendiri! Nilai tidak penting, yang penting adalah kemauan, usaha dan pemahaman terhadap materi. Tapi orang tua mereka tetap saja secara diam-diam membantu, bahkan mengerjakannya. Namanya juga anak-anak, pasti berkata jujur pada saya. Kalau kerjaannya salah, mereka bilang, "Itu mama yang ngerjain!" Â Hehehe... Nah lho! Kalau sudah begini bagaimana?
KESIMPULAN.
Kita sudah tahu bagaimana sistem pendidikan kita dan bagaimana guru di sekolah. Tidak semua guru bagus dalam mengajar, tidak semua ilmu yang diajarkan di sekolah dapat menjadi bekal untuk masa depan anak kita. Kitalah sebagai orang tua yang harus lebih peka. Ajarkan anak kita sendiri, ajarkan anak-anak kita menjadi mandiri dan berkembang sesuai dengan kepribadiannya. Kita arahkan terus anak-anak kita, tapi jangan terlalu mendikte mereka. Â Jangan takut anak kita melakukan kesalahan dan mendapat nilai jelek. Biarkan saja, kalau mereka salah, mereka akan tahu yang benar, dan itu akan menjadi pelajaran yang selalu diingatnya.
Sebagai guru, kita seharusnya introspeksi, apakah kita sudah mengajar dengan benar? Apakah kita sudah menjadi guru yang baik? Cara menilai keberhasilan kita sebagai guru adalah, apakah kehadiran kita selalu dinantikan oleh para siswa kita? Jika ya, kita sudah berhasil menjadi guru, tapi jika tidak, kita belum menjadi guru yang baik dan masih harus terus belajar. Sebagai guru bukan hanya mengajar, tapi juga belajar.
Marilah kita bersama-sama saling introspeksi dan memperbaiki diri. Kesalahan yang sudah pernah kita lakukan jangan sampai terulang lagi. Semoga kasus ini akan membuat sistem pendidikan negara kita dan orang-orang yang terlibat di dalamnya dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H