"Ini sudah benar-benar mengganggu'" gumamku.
Tanpa pikir panjang, aku segera bergegas ke rumah orang itu. lelaki setengah tua, yang selalu menyombongkan harta warisannya dan tidak pernah bekerja, tetapi suka mengganggu orang lain. Aku hampir sampai di rumah yang kutuju. Terlihat kerumunan orang disana. Sebelum aku mendekat, aku bertanya pada seorang Ibu yang melihat kerumunan itu dari kejauhan.
"Ada apa, Bu? Banyak orang berkerumun disana."
"Penghuni rumah itu mengamuk. Keluarganya hendak membawanya ke rumah sakit jiwa. Katanya dia stres karena pengangguran. Dia benci melihat orang berkarir. Dia benci melihat kesuksesan orang lain. Banyak orang sini, yang di maki-maki terutama perempuan yang berkarir, dia sangat benci karena merasa gagal dalam hidupnya. Entah benci, entah terlalu iri," cerita Ibu itu panjang lebar.
Aku terdiam. Ternyata korbannya tak hanya aku. Kini, baru aku mengerti, sifat irinya telah menyakiti dirinya sendiri hingga membuatnya gila. Sebelum lebaran tiba, sudah sepantasnya aku memaafkan orang itu. Mungkin dengan begitu, hatiku akan kembali fitri di hari yang fitrah besok.
***
NB: untuk melihat karya peserta lain silahkanmenuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di grup FB fiksiana CommunityÂ
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H