"Ideal? Bagus, kamu sepertinya harus sering-sering mengajak Riri makan di sini! Memangnya apa sih, yang dimasak sama asisten rumah tangga kalian?"
"Ibu, jangan menggoda Riri lagi! Malu kan, kita ada tamu." Bagus mencoba menengahi, sebelum perdebatan kedua wanita yang sangat disayanginya itu berlanjut.
Naira tampak mengalihkan fokusnya kepada Rike dan Baruna, yang sedari tadi hanya tersenyum melihat pemandangan itu. Rike bahkan iri dengan kedekatan Utari dan mertuanya. Ada desiran perih yang kembali menggores dadanya, mengingat mertuanya yang selama ini seperti masih belum bisa menerima dirinya.
"Kenapa kalian hari ini tidak pergi piknik saja? Kamu sedang bebas tugas kan, Gus? Baruna dan Rike sudah lama tidak pulang, temani mereka pergi ke mana gitu."
"Kita ke kebun Stroberi aja gimana? Setelah itu kita bisa pergi ke tempat wisata baru itu, loh Mas."
"Boleh saja."
"Apa kami tidak menganggu?" tanya Rike agak ragu. Dia tampak melirik pada sang suami, yang masih terlihat diam.
"Kita yang kepengin ngajakin kalian. Masa ada tamu dari jauh, tapi tidak dibawa ke mana-mana." Bagus menyahut setelah melihat Baruna tidak merespon apapun.
"Mas Baruna mau pergi dengan kita, kan?" tanya Utari hati-hati, berdoa semoga pria itu tidak menolak.
"Boleh. Tapi apa hari ini tidak ada latihan Karawitan?" Baruna tampak sedikit kecewa dengan kenyataan itu.
"Hari ini aku meliburkan semua personil. Sejak tahu kalian akan datang kemari, aku sudah berniat akan mengajak kalian piknik."