"Rike? Dia sedang berada di kota ini?" tanya Bagus yang langsung diiyakan oleh Utari.
"Iya, Mas Baruna juga."
"Sudah lama sekali aku tidak ketemu dia. Gimana kabarnya sekarang?"
Utari meraih bantal kursi tidak jauh darinya. Dia kemudian meletakkannya di atas kedua paha. "Mbak Rike apa Tante Wulan? Kalo Mas Baruna katanya lagi pergi ke Semarang. Ada urusan pekerjaan katanya!"
"Meski kami masih saudara, tapi Rike seperti menjaga jarak dariku."
"Apa kalian pernah bermasalah?" tanya Utari dengan nada penuh penasaran. Tentu saja berbagai pertanyaan sudah berkecamuk di dalam hatinya, akan tetapi dia masih menyimpannya dengan rapi.
Bagus sekali lagi hanya tersenyum menawan seperti biasa. Hal ini membuat Utari sedikit kecewa. Jika Bagus tidak mau bercerita kepadanya, bukankah itu hanya berarti satu hal? Hati Utari tidak ingin berprasangka buruk, bahkan dia masih berdoa jika Bagus akan terbuka mengenai masa lalu itu.
Nyatanya....
"Bukan masalah yang berat. Dulu kami hanya mengalami sedikit salah paham."
"Hanya itu?"
"Hanya itu. Setelahnya kami juga tinggal di kota yang berbeda, sehingga kami jarang bertemu. Hingga tidak terasa, sudah lima tahun berlalu dan kami terlanjur saling menjauh."