"Terus kali ini, Mas foto dengan siapa?" tanya Utari menyelidik. Dia masih ingat ketika harus menemani Bagus dan berfoto dengan pria itu di tengah sawah.
"Menurutmu?" Bagus justru semakin membuat Utari sebal.
"Dengan Mbak Puspa? Atau dengan salah satu kembang desa di sana?"
Bagus terdengar tertawa renyah. Rasanya menyenangkan melihat sang istri sedikit dibakar cemburu. "Salahmu sendiri, kenapa tidak ikut denganku."
"Mas Bagus sengaja bukan? Tidak masalah jika Mas difoto dengan wanita manapun, karena Mas itu sudah menjadi milikku. Awas aja kalo Mas berani macam-macam!"
"Ngancem nih, ceritanya."
"Lagian aku juga ada undangan buat peresmian gedung baru RSUD, kan? Kalo Mas nggak dateng, terus aku juga nggak ke sana, terus gimana?"
"Ibu jadi ikut kamu?"
"Jadi, dong! Tadi siang kita juga mampir di warung cendol legendaris itu. Tebak aku ketemu siapa di sana?"
"Siapa?"
"Aku ketemu sama Mbak Rike, dan Tante Wulan." Meski hanya sekejap, tetapi Utari dapat merasakan ketegangan pada tubuh Bagus. Bahkan pria itu sampai bangun dari posisi berbaring nyamannya.