Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Cinta Sang Pewaris

4 April 2021   20:30 Diperbarui: 4 April 2021   20:46 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Beberapa orang tampak sudah bersiap meninggalkan tempat itu. Bagus Pandhita tampak mengintruksikan kepada beberapa pengawas keamanan untuk tetap tinggal. Rombongan Pak Joyo sudah melambaikan tangan, menyuruh mereka segera bergabung.

"Ri, jam tanganku kayaknya ketinggalan di batu besar tadi deh!" Mayang terlihat panik, dia baru mengambil beberapa gambar dari rombongan itu. Katanya untuk sekedar kenang-kenangan. Bahkan mereka juga saling bertukar nomor ponsel.

"Kamu teledor banget, sih! Biar aku saja yang ngambil!" ujar Utari yang melihat Mayang masih sibuk dengan ponselnya.

"Ya, sudah! Nanti kita tunggu di atas saja, ya."

"Iya, bawel!"

"Hati-hati Mbak Riri!"

"Iya, Pak Broto."

Utari setengah tergesa menuruni anak tangga agak licin, menuju batu besar tempat mereka beristirahat tadi. Suasana di bawah sudah sepi, hanya beberapa pengunjung biasa yang masih terlihat. Hati Utari lega ketika menemukan jam lumayan mahal itu masih tergeletak di sela bebatuan. Utari tahu, itu adalah jam pemberian suami Mayang sebagai hantaran pernikahan.

Utari sudah mau berbalik, ketika bayangan seseorang mengganggunya. Karena arus air yang cukup deras, maka bayangan itu agak tidak jelas. Gadis itu mendongak dan terkejut setengah mati menemukan sosok Bagus Pandhita tidak jauh darinya.

"Anda? Ke---kenapa anda masih di sini?" tanya Utari dengan gugup. Kedua tangannya gemetar tidak terkendali, namun dia berusaha menyembunyikannya.

Bagus Pandhita melompati beberapa batu, sebelum tiba di samping Utari. Gadis itu mundur dengan gugup, ketika jarak di antara mereka terlalu dekat. Tanpa pikir panjang, Utari segera berbalik hendak melarikan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun