Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Cinta Sang Pewaris

4 April 2021   20:30 Diperbarui: 4 April 2021   20:46 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Namun pegangan erat di pergelangan tangannya membuat Utari tidak berkutik. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan gelisah, sementara pria itu perlahan berjalan ke sampingnya.

"Jadi, kamu sudah mendengar mengenai rumor itu?" suara lembut pria itu menyapa gendang telinga Utari.

Telapak tangan pria itu terasa hangat menyelubungi, erat namun tidak menyakiti. Utari hanya terpaku di tempat, sama sekali tidak berani menggerakkan satupun dari anggota tubuhnya.

"Ru---rumor? Saya sungguh tidak tahu, apa yang anda maksud." Utari berusaha tidak menatap pria itu. Dia memalingkan muka, berusaha meyakinkan diri jika semua hanya mimpi.

"Tapi kamu sudah melihat taman itu. Kamu sudah tahu apa arti dari semua itu bukan?"

Utari ingin menggeleng, namun seluruh persendiannya terasa kaku. Bahkan dia sudah seperti akan mati, ketika tangan besar Bagus Pandhita meraih jemari tangannya. Pria itu mengecup satu persatu ruas jemari tangannya yang gemetar dengan lembut dan penuh perasaan.

"Mulai saat ini, kamu adalah milikku. Utari Paramita, aku akan pastikan jika kamu akan menjadi istriku."

Utari merasa seperti tersambar petir di siang bolong. Dia tidak mampu melakukan apapun, bahkan ketika Bagus Pandhita perlahan semakin menjauh. Gadis itu seperti orang linglung.

Utari menjatuhkan tubuhnya yang seperti tak bertenaga, di atas batu. Jantungnya masih berdebar dengan sangat liar, sementara seluruh tubuhnya terasa lemas bagai tak berotot. Dengan nanar, dia menatap pada jemari tangannya yang tadi dipegang dan dikecup oleh Bagus.

Hangat bibir pria itu masih terasa hingga ke tulang sumsum. Getarannya serasa akan memporak porandakan seluruh akal sehatnya. Mata Utari kian melotot ketika menemukan sebuah cincin platina polos sudah melingkar di jari manisnya.

Dia kemudian berlari menuju arah di mana pria itu menghilang. Mata Utari masih mencari-cari, ketika akhirnya menemukan sosok Bagus Pandhita yang sudah diundakan naik. Pria itu seolah tahu keberadaan Utari, karena gadis itu dapat melihat pria itu melambai ke arahnya dengan senyum lebar tersungging di bibir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun