Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Cinta Sang Pewaris #Bab 2

31 Maret 2021   21:10 Diperbarui: 31 Maret 2021   22:26 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Wanita yang dapat memasuki tempat itu, sudah dapat dipastikan akan menjadi Nyonya Rekshananta yang baru. Desas desus yang beredar, hutan itu ditutupi kabut putih seperti tirai yang menutupi pandangan mata. Hutan itu katanya berada di dalam kawasan hutan lindung Gunung Munjul. Lokasi yang sama dengan tempat diadakannya perkemahan rutin setiap tahun untuk pegawai pemerintahan Kabupaten.

Kegiatan rutin itu sendiri, hampir setiap tahun tidak pernah kekurangan peminat. Karena pihak pemerintah Kabupaten memang mewajibkannya. Alasannya untuk meningkatkan hubungan kekeluargaan sesama pegawai di lingkungan pemerintahan. Banyak yang menduga, saat itulah dipilih calon mempelai untuk laki-laki lajang Rekshananta.

Namun jelas, Utari tidak mengetahui rahasia itu. Mata gadis itu tidak tampak berbinar bahagia. Hanya keresahan yang dapat ditangkap mata awas Bagus Pandhita. Andai dapat memilih, pria itu ingin sekali mengembalikan saja Utari di tengah teman-temannya. Namun jodohnya tidak akan mencul dua kali.

"Apa tidak ada jalan lain?" cicit Utari yang makin resah. Dia tidak pernah membayangkan akan hanya berdua saja dengan Bagus Pandhita. Meski tampak ramah dan sopan, namun hatinya mengisyaratkan bahaya yang akan ditimbulkan pria itu. Mata pria itu penuh kuasa dan intimidasi, auranya membuat Utari tidak nyaman. Dia merasa seperti seekor tikus yang terjebak di depan seekor kucing besar.

"Malam akan menyamarkan semua jalan. Keadaan hutan menjadi gelap gulita, karena tidak ada penerangan apapun. Berita buruknya, kita justru akan semakin tersesat di sana." sesungguhnya Bagus hanya menggertak saja. Sebagai orang yang sering mengunjungi tempat itu, dia sangat paham seluruh isi hutan.

Perkemahan sebenarnya tidak terlalu jauh dari sana. Bahkan dia mengetahui jalur lain, agar perjalanan lebih singkat. Tapi untuk kali ini, dia benar-benar menyukai permainan. Bagus menyukai ketika wajah jelita Utari yang polos, dipenuhi pendar ketakutan. Gadis itu terlihat lugu, tidak kelihatan berpura-pura seperti wanita lain.

"Tapi---tapi, bagaimana kalo---kalo besok ada yang menemukan saya dengan Bapak di sini? Bukankah itu akan membahayakan reputasi anda?" jantung Utari semakin cepat memompa, ketika Bagus Pandhita tidak juga menjauhkan wajahnya.

"Kamu tidak memikirkan reputasimu? Atau kita akan memperbaiki reputasi kita masing-masing dengan cara yang benar."

"M---maksud Bapak apa?"

Senyum nakal menghias bibir tipis dan seksi pria itu. Gila! Utari merutuki pikirannya yang mulai kacau. Berdekatan lebih lama dengan pria ini, benar-benar tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Hari sudah mulai sore. Sebaiknya kamu mandi dan berganti pakaian dulu. Aku akan menyiapkan makan malam untuk kita berdua."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun