Ia membuka halaman pertama. Tulisan tangan memenuhi setiap halaman, tetapi bahasa yang digunakan tidak ia kenali. Ia memutar halaman, mencoba menemukan sesuatu yang bisa ia pahami.
Di tengah usahanya, pintu kamar tiba-tiba tertutup dengan keras. Agni tersentak, menjatuhkan buku itu. Ia berlari ke pintu, mencoba membukanya, tapi pintu itu terkunci.
"Siapa di sini?!" teriaknya, tapi hanya gema suaranya yang menjawab.
Lampu senter mulai redup. Agni merasa udara semakin berat. Di sudut ruangan, ia melihat bayangan seseorang berdiri. Sosok itu diam, tanpa wajah, tanpa suara.
"Siapa kamu?!" Agni melangkah mundur, tubuhnya gemetar.
Bayangan itu tidak bergerak, hanya menatapnya dengan kehampaan yang menyeramkan. Tiba-tiba, bayangan itu menghilang, meninggalkan ruangan dalam keheningan yang menyesakkan.
Pintu kamar terbuka dengan sendirinya, dan Agni tidak membuang waktu. Ia berlari keluar, meninggalkan kamar itu dengan napas tersengal.
---
Keesokan harinya, Agni kembali menemui Pak Budi. Kali ini, ia tidak peduli untuk bersikap sopan.
"Pak, saya masuk ke kamar sudut itu semalam. Apa sebenarnya yang terjadi di sana?"
Pak Budi menatapnya lama, lalu menghela napas. "Kamar itu pernah ditempati seorang penghuni kost bertahun-tahun lalu. Dia meninggal di sana, Mbak. Tapi caranya meninggal... aneh."