Pengkhianat Selalu Membayar Harga
Keesokan paginya, desa itu porak poranda. Gatra tertangkap dan dibawa ke tengah lapangan. Karna, dengan rasa bersalah yang membebani dadanya, berdiri di sisi pria berjubah hitam itu.
"Kau berhasil, Karna," kata pria itu sambil menepuk bahunya. "Sekarang kau adalah pemimpin."
Tapi Karna tidak merasakan kemenangan. Ia melihat Gatra, dengan luka di sekujur tubuhnya, menatapnya tanpa marah, tanpa benci. Hanya tatapan penuh kekecewaan.
"Aku percaya padamu, Karna," suara Gatra lemah tapi jelas. "Dan itulah kelemahanku."
Kata-kata itu menghantam Karna lebih keras daripada pedang. Ia tahu, meski kini ia menjadi pemimpin, ia telah kehilangan sesuatu yang jauh lebih berharga: kepercayaan.
Pria berjubah hitam itu tertawa. "Karna, kau tahu apa yang selalu terjadi pada pengkhianat?"
Karna menoleh, bingung.
"Mereka digunakan, lalu dibuang."
Sebelum Karna sempat bereaksi, pria itu menghunuskan belati ke perutnya. Karna terjatuh, merasakan nyawanya perlahan meninggalkan tubuh.
Lingkaran Pengkhianatan
Ketika Karna menghembuskan napas terakhir, ia menyadari satu hal. Sejarah memang selalu berulang. Di setiap masa, ada Gatra, ada Karna, dan ada pria berjubah hitam.