Jika ditinjau dari qawlan maisura, ungkapan yang mengandung kata-kata mudah diterima terdapat pada pemberitaan Juni 2016 segmen “Persiapan Selebriti Menyambut Bulan Suci Ramadhan”, hal tersebut terlihat saat pasangan selebriti Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar menyebutkan dalam menyambut puasa di bulan Ramadhan mereka melakukan pemanasan seperti puasa sunah terlebih dahulu seperti yang diajarkan oleh guru mereka.
Berikut ini cuplikan wawancara dengan pasangan selebritis tersebut: Wisnu dan Shireen: “Kalau persiapan Ramadhan ya fisik, karena yang saya pelajari dari guru kita memang harus ada pemanasan lebih dulu, dalam arti ada puasapuasa sunah yang mungkin kita lakukan sebagai pemanasan untuk menuju bulan Ramadhan. Persiapan fisik ya kita juga harus jaga kesehatan kita, jaga juga diri kita karena pada bulan Ramadhan inilah saatnya umat Islam berlomba-lomba untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya, melakukan amalan sebesar-besarnya, jadi gitu yang selama ini saya pelajari.” Melalui pernyataan yang diungkapkan pasangan selebritis tersebut, penulis mengkategorikan pemberitaan ini termasuk dalam perkataan yang mudah diterima karena Wisnu dalam melontarkan pernyataannya menggunakan bahasa yang ringan, sederhana, secara spontan tanpa harus melalui pemikiran yang berat.
Namun terkadang infotainment menyuguhkan isu atau fitnah terhadap publik figur karena pasti demi menaikkan rating acara infotainment sendiri mereka rela untuk menyuguhkan isu yang bahkan belum valid apalagi publik figur yang dibicarakan orang yang sangat terkenal sehingga pasti rating acara infotainment tersebut akan meningkat. Seperti pada bulan Maret 2021 Hotma Sitompul memliki isu tak sedap dimana dirinya dituding selingkuh dengan Mikhavita Wijaya.
Namun isu ini sendiri sudah langsung diungkap kebenarannya dengan diwakili oleh kuasa hukumnya, Dion Pongkor membantah keras adanya isu ini. Dion Pongkor menegaskan bila Hotma Sitompul tidak berbuat demikian.
"Itu adalah fitnah, sumber beritanya tidak ada, dasarnya tidak ada tapi sangat viral belakangan ini," kata Dion Pungkur dikutip zonajakarta.com dari kanal YouTube Hitz Infotainment, Senin, 29 Maret 2021. Dion yang sudah berbicara dengan Hotma Sitompul memastikan isu perselingkuhan itu tak benar. Dan pihaknya sedang menelusuri siapa yang menyebarkan isu ini.
"Kami sedang telusuri sumber informasi, karena kami sudah mempertimbangkan untuk menempuh upaya hukum terhadap fitnah yang saat ini viral," tutur Dion.
Ini merupakan penyimpangan dari segi prinsip komunikasi Qawlan Sadidan (perkataan yang benar) Sesuai dengan kriteria kebenaran Arti pertama benar adalah sesuai dengan kebenaran. Dalam segi substansi mencakup faktual, tidak direkayasa atau dimanipulasi. Sedangkan dari segi redaksi, harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Arti kedua dari qawlan sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong dapat diwujudkan dengan menjaga lisan. Nabi Muhammad saw bersabda:
“Dari Abu Juhaifah, Rasulullah Saw bertanya: “amal apa yang paling disukai Allah? para sahabat terdiam. Tidak seorang pun menjawab. Kemudian, beliau sendiri menjawab dengan bersabda; Menjaga Lisan”. (Alaik, 2011: 98)
Maka dari itu kita sebagai muslim juga harus cerdas dalam menyikapi pemberitaan yang muncul dalam acara infotainment, kita tidak boleh langsung menghakimi publik figur tersebut. Karena belum tentu pemberitaan dalam infotainment tersebut merupakan fakta.
Sikap Muslim Terhadap Maraknya Acara Infotainment
Ssetelah kita mengetahui apa yang ditayangkan di infotainment terdapat pemberitaan yang positif dan negatif dan bannyak infotainment yang menyuguhkan isu atau gosip yang belum tentu benar, maka sikap seorang muslim terhadapnya adalah sebagai berikut:
- Tidak gampang membenarkan isu atau gosip yang diberitakan, karena hal tersebut belum tentu benar sesuai fakta. Oleh karenanya Allah memerintahkan kita untuk slektif dalam menyikapi gosip, sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu. (QS. Al-Hujurat:6)