"Oh? Kamu yang tadi di pesawat?" orang itu bertanya dahulu kepadaku dan masih dalam bahasanya Spanyol.
Aku mengangguk mengiyakan dan membuka tabletku kembali lalu bertanya, "Kamu mau ke Probolinggo?"
"Ya, aku ingin ke sana. Bagaimana Anda tahu tentang itu?" Pria itu mengangkat satu alisnya.
"yah, karena ini adalah bis untuk ke Probolinggo." Aku menjawab dengan tersenyum.
"Ah... oh... Â kamu benar." Pria tersebut menjawab dengan salah tingkah dan terkekeh gugup.
Aku tersenyum kepada pria tersebut dan menyesuaikan dudukku. Lima menit kemudian bis yang sedang aku tumpangi mulai berjalan di aspal yang terlihat halus dan tidak berlubang. Selama aku di perjalanan aku melihat pemandangan dari kaca jendela bis ini. Pemandangan rumah yang sederhana sampai padang rumput yang hijau. Saat bus sudah melewat setengah perjalanan hari hampir siang, aku memutuskan untuk tidur selama perjalanan ini. Sebelum aku tidur, pria yang ada di sebelahku menepuk bahuku.
"Kau mau bantal leher? Kebetulan aku membawa dua." Pria berwajah asli Spanyol menyodorkan sebuah bantal lehernya kepadaku.
"Tidak perlu, Tuan... Aku punya sendiri." Aku mengeluarkan bantal leher milikku sendiri.
"Oh baiklah kalau begitu.... Oh iya satu lagi, jangan panggil aku tuan karena aku seumuran denganmu."
Pria itu menarik bantal lehernya lalu memakainya.
"Eh? Seumuran? Anda serius?" Aku mendengar kalimatnya terkejut.