Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hamil di Usia Sekolah, Siapakah yang Salah?

6 April 2018   08:31 Diperbarui: 6 April 2018   09:29 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk mencapai maksud ini, dibutuhkan ketekunan dan keseriusan guru dalam menganalisa setiap penilaian. Dari sana akan dijumpai peserta didik yang bermasalah berdasarkan tingkatannya masing-masing. Kalau sudah ditemukan masalahnya, langkah selanjutnya diarahkan kepada guru BK untuk ditangani secara lebih dalam sekaligus diberitahukan kepada orangtua/wali peserta didik.

Pemerintah sesungguhnya sudah menyiapkan formatnya berupa K13, tinggal bagaimana sekolah menerapkannya dalam konteksnya masing-masing. Lebih dari itu, bagaimana sekolah mengkondisikan agar guru bisa melaksanakan tugasnya dengan cermat supaya jangan asal nilai atau hanya sekedar memenuhi standar administrasi.

Selain sekolah, keluarga dalam hal ini orangtua juga harus tetap berkoordinasi dengan pihak sekolah. Kecenderungan orangtua "zaman now" adalah membiarkan sepenuhnya pendidikan anak kepada pihak sekolah. Orangtua kurang menyadari dan memahami sepenuhnya tentang peranannya dalam pendidikan anak.

Padahal bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Refael Molina, anggota Forum Penulis NTT mengatakan keluarga adalah tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual dan pendidikan sosial. Sehingga dapat dikatakan keluarga merupakan tempat pendidikan yang lebih sempurna sifat dan wujudnya daripada pusat-pusat pendidikan lainnya, untuk melangsungkan pendidikan ke arah kecerdasan budi pekerti (pembentukan watak individual) dan persediaan hidup kemasyarakatan (Poskupang.com Sabtu, 11 Maret 2017 18:33).

Jika mengacu pada konsep ini, sesungguhnya keluarga memiliki peranan yang paling signifikan dalam menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur kepada anak. Dan pihak sekolah tinggal memolesnya agar menjadi lebih baik lagi. Tetapi, alangkah cerdas serta mulianya jika sekolah dan keluarga bersama-sama berusaha sekuat tenaga dalam membina dan membentuk karakter anak. Dan ketika anak didera masalah (hamil), tidak perlu membangun argumentasi untuk saling menyalahkan. Sebab, tugas mendidik adalah tanggungjawab bersama baik sekolah maupun keluarga seturut peranan atau fungsinya masing-masing.

Sekiranya pihak sekolah dan keluarga senantiasa menyadari dan menjalankan fungsinya secara benar dan tepat, hemat saya tidak ada lagi "korban" berikutnya yang menimpah generasi muda bangsa. Sekolah dan keluarga layak disoroti secara serius. Karena, bagaimana pun juga sekolah dan pihak keluarga adalah kelompok yang memang bersentuhan langsung dengan pendidikan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun