Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jejak-jejak Luka

9 Juni 2017   07:28 Diperbarui: 9 Juni 2017   07:34 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jejak Luka

            (1)

Hatiku luka

Jiwaku luka

Badanku luka

Semua yang memandangku luka

Duniaku luka

Luka, luka, dan luka

Ya..., tak mengapa

Yang penting aku masih bisa bernafas

             (2)

Berjalan menyusuri lorong kehidupan

Bersama luka yang kumiliki

Banyak mata memandang

Dengan wajah aneka ekspresi

Kutahu lukaku menganga

Bernanah

Menebarkan aroma merepotkan

Aku ingin menjauh

Dengan harapan orang merasa tenang

Apa daya lukaku meninggalkan jejak

                     ***

Nada Hati Teriris

Menjawabmu dalam kebisuan jiwa

Aku masih di kotamu

Kebersamaan itu sulit dilupakan

Hari-hari hidup penuh pergumulan

Dalamnya aku mengenal yang tak kukenal

Gelak tawa yang palsu, air mata mengering

Aku tahu kau tertawa ria dalam pelukannya

Sekedar merayakan kemenangan dalam perang

Melawan  indah dan tulusnya cintaku

Dan kau masih mengirim pesan singkat

Buatku hidup dalam kehampaan

Pintaku:

Semoga bahagiamu abadi

Ketahuilah akan tiba saatnya kau sadar

Cintamu telah melukai hatiku

Dan harta tidak akan membawamu

Pada sempurnanya bahagia

Kau kan tetap merasa kurang, kurang, dan kurang

                   ***

Cinta yang Membuat Luka

Kudengar suara kekasihku dari kejauhan

Lewat seperangkat media yang menjadi sahabat karibku

Memanggilku dengan suara khas lembut

Aku mengenal suaranya

Aku bangun dengan hati gembira

Mempersiapkan diri dan segala sesuatu

Kudengar suara itu semakin mendekat

Hasratku menggelora

Kutahu dia sudah di depan pintu

Semuanya telah siap

Aku berlangkah menuju pintu

Tak kusangka tak kuduga

Kekasiku pergi

Hatiku terluka

Rasanya aku tak mau menyerah

Aku terus mengejarnya

Bahkan sampai diujung cintanya

Aku tahu ia mencintaiku dengan pasti

Itulah keyakinanku

Tapi semuanya sirna

Ada kesanggupan lain yang melampaui kekuatanku

Kekasihku pergi bersama yang lain

Dia yang terpaksa melakukannya

Meski ia sendiri tak menghendakinya

Hatiku terluka

Kusadari keterbatasanku

Meski kutahu cinta dapat mengalahkan segalanya

Mengambil posisi bertahan

Itulah jalan satu-satunya

Akh...sampai kapan?

Pergilah kau bersamanya

Senandungkan lagu rindumu dalam pelukannya

Sebab, aku tak sudi luka ini bertahan dan terus menganga

                             ***

Cerita Hati

               (1)

Menulis kisah dalam lembaran polos

Pikiran kosong tuai kehampaan

Tiada yang bisa diungkapkan

Selain cerita hati yang masih menangis

Terlarut dalam kesedihan nan bisu

Hadapi kekalahan yang belum bisa diterima

               (2)

Membuka tugas baru dengan optimisme

Percaya pada kesanggupan dengan pertolongan Tuhan

Tahu apa yang menjadi kewajiban

Selalu punya waktu untuk beramal

Biar menjadi saksi dalam perjuangan hadapi kekalutan

              (3)

Mata bening menebar pesona

Jiwa bisu bila menatapnya

Tiada kata selain senyum

Ungkapkan kerinduan

Sesakan nafas

Kubertanya dalam hati

'Ada apa denganmu?'

                 ***

Tamparan Tangan Tuhan

Panas terasa

Entah sampai kapan berlalu

Sadar telah terdepak

Dunia bahagia ditinggalkan

Hadapi dunia baru dalam derita

Itulah tamparan tanganMu

Pedih terasa

Entah kapan kan berakhir

Semua memandang padaku

Dengan tanya dan rasa haru bernuansa lirih

Dan aku hanya sanggup tersenyum sambil bermenung

Sakit Tuhan, sungguh sakit

Ampun Tuhan, kumohon ampun

Aku terjegal dari kasihMu

Terlempar aku ke tanah pengasingan

Tuhan...

Sampai kapan aku Kau ambil

Tuk rasakan lagi cintaMu

                ***

Bukit  Karang Radamata

Batu-batu berserakan

Hiasi hawa panas

Bakarkan sekujur tubuh

Keringat bercucuran

Upaya penyesuaian

Di bukit ini

Tahankan nasib

Untung dan malang dilalui senyum

Usaha menghibur diri

Meski sadar penuh rapuh

Di bukit ini

Tampakan ketegaran

Dalam perjuangan tak kenal bosan

Lantunkan nada kasih

Kumandangkan pengabdian

Atas nama cinta

***

Mencari

Membangun perjuangan berlandaskan sabda Tuhan

"Siapa yang mencari ia akan mendapat

Siapa yang mengetok baginya pintu dibukakan"

Temukan diri dalam proses

Mencari dan terus mencari

Yang dicari belum ditemukan

Hanya dapat menatapnya dalam samar

Tak pasti meski yang samar itu pasti

Berkali-kali aku mengetuk

Belum ada pintu yang terbuka

Yang dicari masih tersembunyi

Mungkin karena Tuhan lebih sering menampakkan wajahNya

Hingga Dia menutupi segalanya

***

Berhenti

Seiring berjalan sang waktu

Lukaku mengering dan nyaris tersembuhkan

Itu sudah cukup bagiku

Hidupku dan hidup orang lain memberi warna

Antara dua dunia, nyata dan tidak nyata

Lukaku semakin mengering

Menjadi titik akhir perang dingin dalam panggung kehidupan

Dan aku memutuskan untuk berhenti pada titik ini

Walau kutahu yang berlalu harus tetap dikenang

Dimaknai bukan dilupakan

Aku tidak akan menjadi semakin kecil

Terus bertumbuh dalam sunyi

Berdiam dalam hening serta teduhnya jiwa

Oh, ada bisikan keras menerpa kalbu:

"berhenti mengeluh lanjutkan kerjamu"

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun