Aku masih penasaran dengan perkataan Pak Sugiman tadi. Aku berniat pergi mencari rumahnya bersama Budi dan Wati. Ingin menggali informasi lebih banyak. Berkat petunjuk dari Bibi Kantin, kami bertiga berhasil menemukan lokasi rumah Pak Sugiman yang kebetulan tidak terlalu jauh dari sekolah.
Alamatnya benar. Ciri-ciri rumahnya juga benar. Tapi banyak orang yang membaca buku di sekeliling rumahnya. Ada yang membaca di teras, ada juga yang membaca di kursi kayu. Rumahnya mirip seperti perpustakaan. Ah, aku makin penasaran.
Di dekat pintu masuk rumahnya, tampak Pak Sugiman sedang duduk bersandar ke tembok. Di depannya ada beberapa orang yang sedang mendengarkannya berbicara. Tangannya memegang kamus tebal Oxford Advance Dictionary.
"Assalamu'alaikum, Pak Sugiman."
"Wa'alaikumsalam. Eh, kalian. Kenapa bisa ada di sini?"Â
"Maafkan kami pak telah lancang membuntuti bapak, sampai tiba di perpustakaan ini. Eh, maksudnya rumah bapak."
"Iya. Tidak apa-apa. Beginilah keadaan rumah saya."
Tiap sisi rumahnya disesaki rak-rak besar berjejer rapi, yang berisi berbagai macam buku bacaan. Persis seperti perpustakaan.
"Rumah bapak mirip sekali dengan perpustakaan."
"Ya, ini adalah rumah, sekaligus tempat belajar untuk siapa saja yang ingin belajar secara cuma-cuma. Buku-buku di sini saya kumpulkan sejak SMP. "
"Maksudnya, bapak mengajar di sini?"