Mohon tunggu...
Yasier Fadilah
Yasier Fadilah Mohon Tunggu... Penulis lepas -

Seorang penulis amatir yang masih belajar meramu kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Para Penjaga Ilmu

19 Maret 2017   12:33 Diperbarui: 19 Maret 2017   20:00 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hmm ... sepertinya mereka tahu tentang masalah ini."

Aku hanya terdiam, bingung, dengan arah pembicaraan Pak Sugiman. Aku paling tidak suka dengan masalah seperti ini. Sama tidak sukanya ketika mendengar berita bahwa uang-uang negara digondol orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ibarat uang tabungan. Tinggal gesek langsung cair. Setelah cair dipakai pelesir. Setelah pelesir ketar-ketir. 

"Besok, pasti saya menjadi penjaga sekolah ketujuh yang dikeluarkan oleh pihak sekolah. Karena, kemarin saya bicara langsung ke pihak sekolah tentang ketidaksetujuan saya dengan kebijakannya, yang akan memberlakukan biaya SPP tiga kali lipat lebih tinggi." jelas Pak Sugiman.

"Belakangan ini, proses pembelajaran di sini memang tidak berjalan lancar Pak." kataku sambil mencerna inti permasalahan ini.

"Itu yang saya maksud. Kalian anak-anak yang pintar. Saya hanya ingin berpesan, agar kalian bisa menularkan kepintaran kalian kepada teman-teman yang lainnya. Mulai besok, kemungkinan proses belajar mengajar akan tersendat."

Pak Sugiman melirik jam di tangannya.

"Maaf, saya tidak bisa lama-lama." kata Pak Sugiman dengan wajah rusuh.

Teeeeet ... Bel masuk berbunyi. Pak Sugiman bergegas keluar kelas. Murid-murid yang lain masuk satu per satu.

Semua murid berbondong-bondong pulang. Empat orang yang mewawancarai Pak Kepsek tadi masih berkumpul di dekat gerbang. Raut wajahnya muram. Sepertinya masalah ini belum selesai. 

Aku tidak melihat keberadaan Pak Sugiman. Dia memang selalu mengilang tiba-tiba. Tapi, jam segini, biasanya ia stand by di samping gerbang bersiap menutup gerbangnya. Pintu kantor juga masih tertutup. Sementara kelas-kelas dan lorong-lorong sekolah sudah lengang. Tidak ada suara-suara murid. Hanya terdengar suara gemericik air mancur di depan kantor.

Aku iseng melihat keadaan di dalam kantor melalui kaca jendela yang sedikit terbuka. Terlihat Pak Kepsek berdiri di depan dengan wajah cemas. Semua jajaran dan staf sekolah yang lainnya duduk rapi di kursinya masing-masing. Ruangannya seperti berselimut kabut hitam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun