Bayangkan, alat ini nggak cuma bisa ukur pH, tapi juga kecepatan aliran air! Ini seperti punya "Swiss Army knife" dalam bentuk sensor. Dan keren banget, sensor ini cocok buat memonitor kualitas air di lingkungan alami. Jadi, nggak cuma efisien, tapi juga ramah lingkungan.
Kolaborasi lintas negara seperti ini jadi bukti kalau sains dan teknologi nggak mengenal batas. Ini adalah contoh nyata bagaimana kerja sama internasional bisa menghasilkan solusi untuk masalah global. Mungkin suatu hari, teknologi ini bisa digunakan di desa-desa terpencil di Indonesia untuk menjaga kualitas air bersih.
Kisah di Balik Kerjasama dengan ITS
Kerjasama antara Tottori University dan ITS bukan sekadar acara formalitas. Hubungan ini lahir dari kebutuhan nyata untuk menyatukan kekuatan ilmu pengetahuan demi menciptakan solusi inovatif. Prof. Lee dan Prof. Riyanarto Sarno dari ITS jadi "duo super" dalam dunia riset.
Mereka nggak cuma berbagi ilmu, tapi juga menginspirasi generasi muda melalui program pertukaran pelajar. Misalnya, mahasiswa ITS, Mohammad Almas Prakasa, berbagi pengalamannya tentang belajar lintas budaya di Jepang. Selain membuka wawasan baru, ini juga jadi ajang untuk belajar langsung dari para ahli kelas dunia.
Kalau ditarik ke masa depan, kolaborasi ini membuka peluang besar bagi mahasiswa ITS untuk terlibat dalam riset-riset cutting-edge yang dikembangkan Prof. Lee di Tottori. Siapa tahu, kan, bakal ada teknologi revolusioner yang lahir dari gabungan ide-ide kreatif ini?
Penelitian dengan Sentuhan Sci-Fi
Ngomongin penelitian Prof. Lee, rasanya kayak baca novel sci-fi. Contohnya adalah riset beliau tentang MEMS dan metamaterial. Kalau metamaterial terdengar asing, sederhananya, itu adalah material buatan manusia yang punya sifat nggak biasa, seperti bisa menekuk cahaya atau bahkan bikin benda jadi "invisible" (ingat teknologi cloaking di film?).
Prof. Lee juga punya proyek yang bikin kita merasa seperti di dunia Star Trek, yaitu pengembangan sensor optik untuk alat bedah. Bayangin, alat bedah dengan sensor super akurat yang bisa deteksi tekanan dengan sempurna, bikin operasi jadi lebih aman dan presisi.
Ada juga riset tentang microfluidic device, alat kecil yang bisa ngontrol cairan di skala mikro. Teknologi ini penting banget buat berbagai aplikasi, mulai dari kesehatan, farmasi, sampai lingkungan. Rasanya, Prof. Lee ini udah jauh melampaui zamannya!
Publikasi dan Prestasi yang Berderet
Kalau prestasi beliau bisa dijadikan lagu, mungkin judulnya "Deretan Karya Tak Berujung." Prof. Lee sudah mempublikasikan banyak sekali penelitian di jurnal-jurnal ternama, seperti:
- Pengembangan sensor suhu berbentuk jarum untuk mengukur suhu tubuh bagian dalam.
- Teknologi blockchain khusus industri semikonduktor.
- Pemanfaatan metamaterial terahertz fleksibel yang bisa dicetak menggunakan tinta nanopartikel perak.
Dan itu baru sebagian kecil! Totalnya, beliau punya lebih dari 20 penelitian mutakhir dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir saja. Bahkan, beberapa di antaranya punya aplikasi langsung untuk sektor kesehatan, lingkungan, hingga industri teknologi.
Ada yang Unik Nih!
Ternyata, salah satu penelitian beliau tentang alat monitoring tanda vital menggunakan mikrofon MEMS, nggak cuma buat manusia, tapi juga untuk anjing. Canggih, ya? Kalau saja anjing bisa ngomong, mereka pasti bilang, "Terima kasih, Prof. Lee!"