Halo, Sobat Pejuang Organisasi!
Pernah nggak sih kalian merasa bingung saat harus memilih antara dua hal yang sama pentingnya? Seperti, mau kerja keras buat jangka panjang atau fokus ngejar target sekarang? Nah, kalau kalian pernah ngalamin dilema kayak gitu, selamat datang di dunia ambidextrous organization alias organisasi ambidextrous!
Apa Itu Organisasi Ambidextrous?
Bayangkan kamu punya dua tangan---kanan buat buka pintu kesuksesan jangka pendek, dan kiri buat nyiapin masa depan cemerlang. Organisasi ambidextrous itu persis seperti itu! Mereka mampu menjalankan dua hal yang kelihatannya bertolak belakang: eksplorasi (exploration) dan eksploitasi (exploitation).
Menurut Tushman & O'Reilly (1996), organisasi ambidextrous adalah organisasi yang bisa melakukan inovasi inkremental (evolutionary change) sekaligus inovasi radikal (revolutionary change). Jadi, nggak cuma main aman, tapi juga berani ambil risiko buat perubahan besar. Ini kayak gabungan antara ngumpulin poin kecil di game dan sekali waktu nge-boss fight.
Kenapa Harus Jadi Ambidextrous?
Jadi begini, hidup itu nggak selalu hitam-putih. Sama kayak perusahaan, mereka nggak bisa cuma ngejar eksplorasi (cari hal baru) atau eksploitasi (maksimalkan yang ada). Kalau kebanyakan eksplorasi, perusahaan bakal terlihat kayak ilmuwan gila yang sibuk eksperimen tapi lupa jualan. Sebaliknya, kalau fokus eksploitasi doang, mereka jadi kayak dinosaurus yang lambat berubah dan akhirnya punah.
He & Wong (2004) menemukan bahwa kombinasi eksplorasi dan eksploitasi bisa bikin perusahaan lebih inovatif dan menghasilkan pertumbuhan yang mantap. Dengan kata lain, kalau mau dapet sales growth yang bikin senyum sampai kuping, jadilah ambidextrous!
Resep Jadi Organisasi Ambidextrous
Tapi, gimana sih cara jadi organisasi ambidextrous? Ini tips-tips serunya:
Manajemen Dua Arah
Tim manajemen harus bisa multitasking. Seperti yang dijelasin Lubatkin dkk. (2006), kuncinya ada di integrasi perilaku tim manajemen puncak (top management team behavioral integration). Jadi, bos-bos besar harus bisa ngobrol soal inovasi masa depan sambil tetap pantau performance hari ini. Multitalenta banget, kan?Sistem Dua Mode
Bayangin perusahaan kayak mobil hybrid. Kadang butuh mesin bensin buat ngebut, kadang pakai listrik buat hemat energi. Sama halnya, perusahaan harus punya dua mode: eksplorasi dan eksploitasi. Levinthal & March (1993) bilang, belajar itu kadang bikin organisasi jadi rabun jauh (myopia of learning). Jadi, penting buat selalu ngecek masa depan sambil nggak lupa ngurus sekarang.Budaya Gado-Gado
Sebuah organisasi harus punya budaya yang mendukung kolaborasi antara tim inovasi dengan tim operasional. Ini mirip kayak bikin gado-gado; semuanya harus diaduk biar jadi satu rasa. Kalau enggak? Ya, cuma campuran kacau.
Tantangan Jadi Organisasi Ambidextrous
Sebelum kalian semangat banget buat jadi organisasi ambidextrous, kita harus jujur dulu: ini nggak gampang, Sobat. Sama kayak belajar gitar pake dua tangan, awalnya bakal bikin pusing.
Konflik Internal
Eksplorasi dan eksploitasi itu ibarat dua orang sahabat yang sering banget berantem. Tim eksplorasi pengen eksperimen ini-itu, tapi tim eksploitasi bilang, "Halo, duit kita buat apa kalau nggak fokus ke produk yang laku sekarang?" Kalau konflik ini nggak diatur, ya alamat bubar. Seperti yang dijelasin March (1991), alokasi sumber daya antara eksplorasi dan eksploitasi sering kali jadi sumber drama organisasi.Biaya yang Mahal
Menyeimbangkan dua prioritas ini juga butuh sumber daya besar. Misalnya, kalian butuh tim khusus buat inovasi sekaligus menjaga tim lain tetap produktif di jalurnya. Ini kayak mau pelihara kucing Persia dan Husky barengan; dua-duanya butuh perhatian dan makanan mahal!Risiko Myopia
Levinthal & March (1993) mengingatkan kita tentang bahaya rabun jauh organisasi. Kalau kebanyakan eksploitasi, perusahaan jadi ketinggalan zaman. Sebaliknya, kalau eksplorasi kebanyakan, bisa-bisa habis duit buat inovasi yang nggak ada ujungnya. Kuncinya? Jangan lupa pakai kacamata strategis yang jernih.
Studi Kasus Ambidextrous Organization
Nah, biar makin relatable, yuk lihat contoh dunia nyata. Siapa yang nggak kenal Google? Perusahaan ini kayak raja ambidextrous. Di satu sisi, mereka punya tim yang fokus mengembangkan produk baru kayak Google X (eksplorasi). Di sisi lain, mereka tetap ngerawat "mesin uang" kayak Google Ads (eksploitasi).
Tapi tunggu dulu, bukan cuma perusahaan teknologi yang bisa jadi ambidextrous. He & Wong (2004) menemukan, di sektor manufaktur pun konsep ini bisa diterapkan. Misalnya, perusahaan elektronik yang terus mengembangkan teknologi baru sambil tetap menjaga produksi perangkat lama yang masih laku di pasar.
Tips Jadi Ambidextrous ala Kekinian
Buat kalian yang lagi bangun startup atau pegang kendali bisnis, berikut tips jadi ambidextrous dengan gaya milenial:
Teknologi adalah Teman
Gunakan teknologi untuk mempermudah keseimbangan eksplorasi dan eksploitasi. Misalnya, pakai software manajemen proyek buat memastikan inovasi jalan terus tanpa ganggu operasional. Inovasi zaman sekarang tuh udah ada banyak alat bantu, jangan malu buat manfaatin!Ciptakan Budaya Hybrid
Ajari tim kalian buat jadi fleksibel. Misalnya, seorang karyawan bisa ikut proyek eksplorasi di pagi hari dan kembali ke tugas rutinnya di sore hari. Multitasking kayak gini bikin semua tim jadi lebih adaptif.Investasi pada Manajemen Puncak
Lubatkin dkk. (2006) bilang, manajemen yang terintegrasi adalah kunci ambidexterity. Pastikan pemimpin di organisasi kalian bisa menjadi penghubung antara visi inovatif dan tujuan operasional. Bayangin pemimpin kayak dirigen orkestra, mereka harus bikin semua instrumen jalan bareng tanpa bikin fals.
Kenapa Ambidextrous Itu Penting di Era Sekarang?
Di era sekarang yang serba cepat, organisasi ambidextrous bukan cuma keinginan, tapi kebutuhan. Lihat saja dinamika pasar yang kayak roller coaster: satu saat ada teknologi baru, saat lain ada pandemi global. Kalau organisasi cuma fokus di satu sisi---eksplorasi atau eksploitasi---risikonya besar banget.
Coba deh bayangkan Netflix. Awalnya mereka adalah perusahaan penyewaan DVD, fokus pada eksploitasi bisnis model itu. Tapi mereka sadar tren streaming makin naik. Dengan pendekatan eksplorasi, mereka mengembangkan platform digital dan sekarang sukses jadi raksasa hiburan global. Kalau mereka nggak ambidextrous? Mungkin udah jadi kenangan kayak toko kaset zaman dulu.
Sebaliknya, organisasi yang cuma sibuk eksplorasi tanpa menjaga roda bisnisnya tetap berputar bisa kehabisan napas di tengah jalan. Jadi, ambidextrous itu kayak resep rahasia buat bertahan dan berkembang di dunia yang terus berubah.
Saatnya Jadi Ambidextrous!
Nah, Sobat, apakah organisasi kalian sudah ambidextrous? Kalau belum, nggak usah panik. Perjalanan jadi ambidextrous itu memang butuh waktu, strategi, dan komitmen. Mulailah dengan langkah kecil: identifikasi apakah kalian sudah seimbang dalam eksplorasi dan eksploitasi. Kemudian, buatlah sistem yang memungkinkan keduanya berjalan berdampingan tanpa saling mengganggu.
Ingat, seperti kata Tushman & O'Reilly (1996), tantangan terbesar adalah memastikan organisasi bisa berubah sesuai kebutuhan tanpa kehilangan stabilitasnya. Dengan menjadi ambidextrous, organisasi kalian bukan cuma bertahan, tapi juga menjadi inovator di industrinya.
Jadi, yuk mulai sekarang kita belajar jadi ambidextrous---karena siapa tahu, di masa depan, Sobat adalah pemimpin organisasi yang bikin perubahan besar di dunia.
Selamat mencoba, Sobat! Semoga artikel ini bikin kalian makin semangat buat eksplorasi masa depan sambil tetap menikmati hasil kerja keras hari ini. Cheers!
Referensi:
- Tushman, M. L., & O'Reilly III, C. A. (1996). Ambidextrous organizations: Managing evolutionary and revolutionary change. California Management Review, 38(4), 8--29.
- He, Z. L., & Wong, P. K. (2004). Exploration vs. exploitation: An empirical test of the ambidexterity hypothesis. Organization Science, 15(4), 481--494.
- Lubatkin, M. H., Simsek, Z., Ling, Y., & Veiga, J. F. (2006). Ambidexterity and performance in small-to medium-sized firms: The pivotal role of top management team behavioral integration. Journal of Management, 32(5), 646--672.
- Levinthal, D. A., & March, J. G. (1993). The myopia of learning. Strategic Management Journal, 14(S2), 95--112.
- March, J. G. (1991). Exploration and exploitation in organizational learning. Organization Science, 2(1), 71--87.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H