Bayangkan ini: Anda seorang manajer proyek konstruksi. Di kantor, Anda santai menikmati kopi. Di lokasi proyek, tukang bangunan Anda sibuk memasang bata, dan alat berat sedang menggali pondasi. Semua terlihat baik-baik saja... sampai Anda sadar alat beratnya menggali di lokasi yang salah! Masalah seperti ini bisa saja terhindari jika kita punya sistem Pemodelan Proses Bisnis Peduli Lokasi atau Location-Aware Business Process Modeling (LABPM).
LABPM adalah konsep keren yang digagas oleh Poss dan Schnig (2024). Mereka menunjukkan bahwa memanfaatkan data lokasi secara real-time dari perangkat IoT bisa mengubah cara kita menjalankan proses bisnis. Jadi, gimana caranya LABPM ini bekerja? Apa yang membuatnya relevan untuk kehidupan nyata? Dan yang paling penting, gimana kita menghubungkannya dengan teknologi lain? Nah, yuk kita bahas!
IoT dan BPM: Pasangan Romantis yang Bikin Dunia Digital Lebih Seru
IoT (Internet of Things) dan BPM (Business Process Management) adalah pasangan serasi di dunia teknologi. Dalam artikel Poss dan Schnig, data lokasi menjadi "bumbu rahasia" yang membuat proses bisnis lebih efektif. Contohnya? Tukang bangunan yang tadi menggali di lokasi yang salah bisa dicegah kalau sistem LABPM langsung memberi peringatan, "Hei, kamu salah tempat!"
Artikel terkait oleh De Luzi et al. (2024) mendukung ide ini. Mereka melakukan Systematic Literature Review (SLR) untuk mengevaluasi bagaimana IoT dan BPM saling melengkapi. Penelitian ini menunjukkan bahwa IoT-aware BPM mencakup berbagai fase siklus hidup proses bisnis, dari desain hingga eksekusi. Tapi, meski sudah banyak penelitian, masih ada tantangan, seperti mengintegrasikan perangkat IoT dengan proses yang kompleks.
Sejauh ini, kita tahu bahwa LABPM menawarkan efisiensi dan keakuratan. Tapi, bagaimana LABPM diterapkan di lapangan? Inilah yang dijelaskan oleh artikel utama: mereka memperkenalkan sistem arsitektur multilayer untuk memproses data lokasi dengan teknologi BPM standar. Jadi, sistemnya bukan cuma teori, tapi benar-benar bisa dipakai!
LABPM dalam Industri: Dari Pabrik hingga Proyek Infrastruktur
Kalau LABPM terdengar terlalu futuristik, mari kita lihat bagaimana ini diterapkan di dunia nyata. Goonetillake et al. (2023) memberikan contoh menarik dalam industri konstruksi. Mereka menunjukkan bagaimana integrasi proses bisnis dan manajemen informasi dapat meningkatkan efisiensi infrastruktur. Namun, mereka juga menyoroti tantangan seperti information overload (terlalu banyak data) dan kesulitan menyelaraskan informasi antar organisasi.
Nah, dengan LABPM, tantangan ini bisa diminimalkan. Data lokasi real-time membantu menyaring informasi relevan saja. Misalnya, saat mengelola proyek jalan tol, sistem LABPM bisa memastikan bahwa setiap tugas---mulai dari penggalian hingga pemasangan marka jalan---dilakukan di lokasi yang benar.
Bukan cuma industri infrastruktur, Kammerer et al. (2018) menyoroti penerapan LABPM di sistem siber-fisik (cyber-physical systems). Bayangkan seorang teknisi yang sedang memperbaiki mesin farmasi menggunakan kacamata augmented reality (AR). Kacamata itu bisa menunjukkan lokasi komponen yang rusak, langkah-langkah perbaikan, hingga memandu teknisi lewat visual interaktif. Semua ini dilakukan dengan bantuan data lokasi real-time yang terhubung ke sistem BPM.
LABPM: Dari Teori ke Praktek, Tantangan dan Solusi
Kalau tadi kita sudah bahas implementasi LABPM di berbagai industri, sekarang mari kita lihat proses "di balik layar". Artikel oleh Klbel et al. (2024) menyoroti pentingnya process discovery atau penemuan proses. Di industri yang sudah didigitalisasi seperti pabrik pintar (smart factories), proses discovery sangat penting untuk memahami alur kerja. Namun, teknik tradisional nggak bisa langsung diterapkan karena prosesnya kompleks, apalagi kalau melibatkan ratusan mesin yang terhubung lewat IoT.
Mereka menawarkan solusi berupa panduan manual process discovery untuk Industrial IoT (IIoT). Panduan ini menggabungkan berbagai metode discovery klasik yang disesuaikan agar lebih efisien dan hemat biaya. Nah, kalau panduan ini digabungkan dengan LABPM, bayangkan kemungkinannya! Misalnya, di sebuah pabrik mobil, LABPM bisa memastikan proses perakitan terjadi di jalur yang benar, sementara panduan manual membantu mengidentifikasi kesalahan yang mungkin terjadi.
Selain efisiensi, LABPM juga membantu mengurangi risiko. Misalnya, ketika crane di proyek konstruksi salah bergerak, LABPM bisa segera memicu peringatan berdasarkan data lokasi. Sistem ini seperti navigator GPS yang bukan cuma bilang "Anda salah jalan," tapi juga memberikan instruksi untuk kembali ke rute yang benar. Efisien? Jelas. Aman? Pasti.
Antara Manusia dan Mesin: Kolaborasi yang Harus Disempurnakan
Tapi, sejauh apa teknologi bisa membantu tanpa melibatkan manusia? Kammerer et al. (2018) kembali mengingatkan bahwa meskipun AR dan teknologi IoT canggih, peran manusia tetap vital. Teknologi seperti LABPM hanyalah alat; pengguna harus memahami cara memanfaatkannya. Ini seperti punya smartphone canggih, tapi nggak tahu cara pakai kameranya untuk foto selfie.
Namun, LABPM mencoba menjembatani kesenjangan ini. Dengan menambahkan antarmuka yang mudah digunakan dan alat bantu seperti AR, manusia bisa lebih cepat memahami situasi di lapangan. Misalnya, seorang teknisi yang baru pertama kali memperbaiki mesin besar nggak perlu panik. Sistem LABPM akan memberi panduan langkah demi langkah secara visual, lengkap dengan petunjuk lokasi komponen yang perlu diperbaiki.
LABPM dan Masa Depan: Apakah Semua Proses Bisa "Peduli Lokasi"?
Di sinilah pertanyaan besar muncul: apakah LABPM cocok untuk semua jenis proses? Jawabannya adalah "tidak semua," tapi potensinya sangat besar. De Luzi et al. (2024) dalam tinjauan literaturnya mengungkapkan bahwa IoT-aware BPM masih memiliki tantangan besar, terutama dalam hal interoperabilitas dan standarisasi. Meski begitu, mereka optimis bahwa kombinasi IoT dan BPM bisa menjadi kunci untuk mengoptimalkan proses bisnis.
Contoh lain, di dunia konstruksi, seperti yang dibahas oleh Goonetillake et al. (2023), LABPM bisa digunakan untuk memastikan bahwa informasi proyek---dari desain hingga eksekusi---sesuai dengan kebutuhan organisasi yang berbeda. Sistem ini bukan cuma alat pemantau, tapi juga penghubung antara berbagai pihak yang terlibat dalam proyek besar.
LABPM: Mengatasi Informasi Overload dan Tantangan Data
Salah satu tantangan besar dalam penerapan LABPM adalah informasi overload. Seperti yang dibahas oleh Goonetillake et al. (2023), dalam proyek konstruksi, arus data yang terlalu banyak justru bisa membuat informasi penting terabaikan. Ini seperti mencoba mencari buku favorit di perpustakaan tanpa katalog---semua terlihat sama, dan hasilnya bikin pusing.
LABPM hadir dengan solusi cerdas. Dengan memanfaatkan data lokasi sebagai filter utama, sistem ini bisa menyaring informasi berdasarkan relevansi. Misalnya, dalam proyek konstruksi besar, hanya data yang relevan untuk lokasi tertentu yang akan ditampilkan. Teknologi ini seperti pustakawan yang tahu persis di mana letak buku yang Anda cari, jadi nggak perlu bolak-balik nyari sendiri.
Namun, mengelola data lokasi juga punya tantangan. Misalnya, bagaimana memastikan akurasi data lokasi dari perangkat IoT? Atau bagaimana mengintegrasikan data dari berbagai sistem yang mungkin menggunakan format berbeda? Artikel dari De Luzi et al. (2024) menyoroti bahwa interoperabilitas adalah kunci di sini. Dengan standar data yang seragam, sistem LABPM bisa bekerja lebih mulus, memastikan setiap data bisa dimanfaatkan secara optimal.
LABPM dan Implikasi di Dunia Nyata
Kita sudah melihat bagaimana LABPM dapat membantu di berbagai industri. Tapi, apa dampaknya bagi kita, manusia biasa? Mari bayangkan skenario berikut:
Pabrik Pintar yang Anti-Kacau
Di pabrik manufaktur, LABPM memastikan setiap komponen berada di jalur yang benar. Jika ada mesin atau pekerja yang "nyasar" ke lokasi yang salah, sistem akan memberikan notifikasi. Ini seperti Google Maps, tapi untuk proses produksi.Pekerjaan Konstruksi yang Lebih Aman
Di proyek pembangunan gedung pencakar langit, teknologi ini dapat membantu memastikan crane, pekerja, dan bahan konstruksi berada di lokasi yang benar pada waktu yang tepat. Kesalahan lokasi? Tidak lagi jadi masalah.Manajemen Gudang yang Efisien
Dalam logistik, LABPM dapat membantu pekerja gudang menemukan barang dengan lebih cepat. Teknologi ini bekerja seperti treasure map digital, memastikan pekerja nggak harus jalan-jalan keliling gudang hanya untuk menemukan satu paket kecil.
Masa Depan LABPM: Inovasi Tak Berujung
Seiring berkembangnya IoT dan teknologi canggih lainnya, LABPM punya potensi yang luar biasa. Namun, seperti yang dikatakan oleh Kammerer et al. (2018), teknologi ini hanya sebaik cara penggunaannya. Dalam dunia nyata, teknologi seperti ini perlu dilengkapi dengan pelatihan dan dukungan untuk memastikan semua pihak yang terlibat memahami cara kerjanya.
Di masa depan, kita mungkin akan melihat integrasi LABPM dengan teknologi seperti kecerdasan buatan dan big data analytics. Dengan analitik prediktif, LABPM bisa memperkirakan potensi masalah sebelum terjadi. Misalnya, sistem dapat memperingatkan bahwa lokasi tertentu akan mengalami gangguan jika proses tidak segera disesuaikan.
LABPM, Teknologi yang Membantu Kita Bergerak Lebih Tepat
LABPM bukan hanya tentang memanfaatkan data lokasi, tetapi juga tentang bagaimana teknologi dapat membuat proses bisnis lebih cerdas, efisien, dan terintegrasi. Dari pabrik hingga konstruksi, dari AR hingga manual process discovery, teknologi ini terus menunjukkan bahwa inovasi berbasis lokasi adalah salah satu kunci transformasi digital.
Jadi, lain kali Anda melihat crane di proyek konstruksi atau pekerja gudang mencari barang, ingatlah bahwa ada teknologi di balik layar yang membantu mereka bekerja lebih efisien. Dengan LABPM, kita tidak hanya "berada di lokasi yang benar," tetapi juga memastikan proses bisnis kita berjalan ke arah yang benar.
Itu tadi akhir cerita kita tentang LABPM. Gimana? Udah siap untuk mencoba teknologi ini di tempat kerja Anda?
Referensi:
- Poss, L., & Schnig, S. (2024). Location-aware business process modeling and execution. Software and Systems Modeling, 1-31.
- Klbel, L., Hornsteiner, M., & Schnig, S. (2024). Guideline for Manual Process Discovery in Industrial IoT. arXiv preprint arXiv:2410.11915.
- Kammerer, K., Pryss, R., Sommer, K., & Reichert, M. (2018, August). Towards context-aware process guidance in cyber-physical systems with augmented reality. In 2018 4th international workshop on requirements engineering for self-adaptive, collaborative, and cyber physical systems (RESACS) (pp. 44-51). IEEE.
- Goonetillake, J. F., Ren, G., & Li, H. (2023). An integration of business processes and information management for improving the efficiency and reliability of infrastructure. Applied Sciences, 13(24), 12974.
- De Luzi, F., Leotta, F., Marrella, A., & Mecella, M. (2024). On the interplay between business process management and internet-of-things: A systematic literature review. Business & Information Systems Engineering, 1-24.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H