Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Teknik Informatika yang menekuni Bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, Sistem Informasi, Manajemen Proses Bisnis, Process Mining, dan Arsitektur Enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemodelan Proses Bisnis Peduli Lokasi: Ketika BPM Bertemu GPS

20 November 2024   06:00 Diperbarui: 20 November 2024   06:04 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bing.com/images/create

Salah satu tantangan besar dalam penerapan LABPM adalah informasi overload. Seperti yang dibahas oleh Goonetillake et al. (2023), dalam proyek konstruksi, arus data yang terlalu banyak justru bisa membuat informasi penting terabaikan. Ini seperti mencoba mencari buku favorit di perpustakaan tanpa katalog---semua terlihat sama, dan hasilnya bikin pusing.

LABPM hadir dengan solusi cerdas. Dengan memanfaatkan data lokasi sebagai filter utama, sistem ini bisa menyaring informasi berdasarkan relevansi. Misalnya, dalam proyek konstruksi besar, hanya data yang relevan untuk lokasi tertentu yang akan ditampilkan. Teknologi ini seperti pustakawan yang tahu persis di mana letak buku yang Anda cari, jadi nggak perlu bolak-balik nyari sendiri.

Namun, mengelola data lokasi juga punya tantangan. Misalnya, bagaimana memastikan akurasi data lokasi dari perangkat IoT? Atau bagaimana mengintegrasikan data dari berbagai sistem yang mungkin menggunakan format berbeda? Artikel dari De Luzi et al. (2024) menyoroti bahwa interoperabilitas adalah kunci di sini. Dengan standar data yang seragam, sistem LABPM bisa bekerja lebih mulus, memastikan setiap data bisa dimanfaatkan secara optimal.

LABPM dan Implikasi di Dunia Nyata

Kita sudah melihat bagaimana LABPM dapat membantu di berbagai industri. Tapi, apa dampaknya bagi kita, manusia biasa? Mari bayangkan skenario berikut:

  1. Pabrik Pintar yang Anti-Kacau
    Di pabrik manufaktur, LABPM memastikan setiap komponen berada di jalur yang benar. Jika ada mesin atau pekerja yang "nyasar" ke lokasi yang salah, sistem akan memberikan notifikasi. Ini seperti Google Maps, tapi untuk proses produksi.

  2. Pekerjaan Konstruksi yang Lebih Aman
    Di proyek pembangunan gedung pencakar langit, teknologi ini dapat membantu memastikan crane, pekerja, dan bahan konstruksi berada di lokasi yang benar pada waktu yang tepat. Kesalahan lokasi? Tidak lagi jadi masalah.

  3. Manajemen Gudang yang Efisien
    Dalam logistik, LABPM dapat membantu pekerja gudang menemukan barang dengan lebih cepat. Teknologi ini bekerja seperti treasure map digital, memastikan pekerja nggak harus jalan-jalan keliling gudang hanya untuk menemukan satu paket kecil.

Masa Depan LABPM: Inovasi Tak Berujung

Seiring berkembangnya IoT dan teknologi canggih lainnya, LABPM punya potensi yang luar biasa. Namun, seperti yang dikatakan oleh Kammerer et al. (2018), teknologi ini hanya sebaik cara penggunaannya. Dalam dunia nyata, teknologi seperti ini perlu dilengkapi dengan pelatihan dan dukungan untuk memastikan semua pihak yang terlibat memahami cara kerjanya.

Di masa depan, kita mungkin akan melihat integrasi LABPM dengan teknologi seperti kecerdasan buatan dan big data analytics. Dengan analitik prediktif, LABPM bisa memperkirakan potensi masalah sebelum terjadi. Misalnya, sistem dapat memperingatkan bahwa lokasi tertentu akan mengalami gangguan jika proses tidak segera disesuaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun