Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Teknik Informatika yang menekuni Bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, Sistem Informasi, Manajemen Proses Bisnis, Process Mining, dan Arsitektur Enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Dari Data Sampai Drama: Apakah Kita Siap Menghadapi Era AI?

18 November 2024   10:16 Diperbarui: 18 November 2024   10:44 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bing.com/images/create/

Kenapa Legacy IT Itu Kayak Mantan yang Nggak Mau Move On?
Perusahaan yang masih menggunakan infrastruktur IT "jaman baheula" menghadapi tantangan besar. Data makin berat, proses makin lambat, dan biaya melambung kayak harga cabai. Analogi simpelnya begini: kamu punya komputer jadul dan coba buka Photoshop versi terbaru. Hasilnya? Laptopmu seperti sedang menahan tangis sambil bilang, "Tolong, aku nggak kuat."

Digital Realty bilang bahwa ini masalah serius. Data butuh kecepatan. Data butuh efisiensi. Dan yang terpenting, data butuh kasih sayang berupa arsitektur baru yang "AI-ready."

Infrastruktur Masa Depan: Hibrid dan Distribusi

Sekarang, mari kita bahas solusi. Jawabannya ada di sesuatu yang disebut hybrid architecture. Gampangnya, ini kayak makan nasi padang---semua komponen ada, dari nasi, ayam, sampai rendang, tapi kamu bisa pilih mau makan di tempat, bungkus, atau delivery. Hybrid architecture juga begitu: data bisa dikelola di lokasi, di cloud, atau kombinasi keduanya.

Dan inilah momen epik: cloud itu bukan solusi ajaib!
Fakta menarik, menurut laporan ini, separuh dari aplikasi penting perusahaan di tahun 2027 akan hidup di luar cloud publik. Kenapa? Karena nggak semua data cocok "nongkrong" di cloud. Kadang data butuh tempat yang lebih privat dan aman, seperti server lokal atau edge.

Jangan Lupakan Keamanan, Bos!

Oke, jadi kita udah sepakat bahwa infrastruktur masa depan itu harus fleksibel, hybrid, dan distribusi. Tapi, ada satu hal yang nggak boleh dilupakan: keamanan.

Kalau data itu emas, maka hacker adalah malingnya. Menurut laporan, biaya kerugian akibat cybercrime akan mencapai 10,5 triliun dolar pada tahun 2025. Bayangkan, angka itu cukup buat beli semua kursi bioskop di dunia dan masih sisa untuk popcorn. Jadi, keamanan nggak bisa dianggap enteng.

Bagaimana Solusi Keamanannya?
Digital Realty memberikan pendekatan canggih:

  • Kontrol di pintu masuk dan keluar: Data nggak bisa sembarangan lewat seperti kendaraan di jalan tol tanpa gerbang. Harus ada "security check" di setiap titik.
  • Keamanan yang terdistribusi: Bukan cuma satu benteng besar di tengah, tapi banyak pos keamanan kecil di berbagai tempat.
  • Koneksi langsung ke layanan keamanan SaaS: Ini seperti punya akses VIP ke bodyguard digital paling canggih di dunia.

Jadi, kalau sekarang kamu pikir pakai antivirus aja cukup, mohon maaf, itu kayak nyoba jaga kebun dari dinosaurus pakai pagar bambu.

Data Sebagai Raja, Latensi Sebagai Musuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun