Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Teknik Informatika yang menekuni Bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, Sistem Informasi, Manajemen Proses Bisnis, Process Mining, dan Arsitektur Enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Dari Data Sampai Drama: Apakah Kita Siap Menghadapi Era AI?

18 November 2024   10:16 Diperbarui: 18 November 2024   10:44 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bing.com/images/create/

Era Data, Kita Siap Nggak Sih?

Coba kita jujur sebentar. Kalau sekarang bos kamu tanya, "Kita ini udah siap buat era AI belum?" Apa jawabanmu? Kalau kamu langsung ngecek WhatsApp grup kantor dan jawab, "Siap, Bos! Kita udah pakai Google Sheets," yah, mungkin itu saatnya kamu baca artikel ini sampai selesai.

Menurut laporan Digital Realty (ya, mereka bukan tetangga sebelah yang jual pulsa), dunia ini sekarang bukan cuma lagi digital, tapi udah lompat ke ekonomi berbasis data. Jadi, data ini kayak bahan bakar premium buat ekonomi modern. Bayangkan kalau dulu minyak bumi jadi rebutan, sekarang data yang dicari-cari.

Ekonomi Berbasis Data: Sebuah Reality Show Tanpa Drama

Fakta menarik: di Amerika Serikat, sekitar dua per tiga GDP mereka dihasilkan dari aktivitas berbasis data. Wow banget, kan? Tapi tenang, ini bukan berarti semua orang sana programmer atau coder. Data bisa datang dari mana aja: dari Instagram reels, orderan Shopee, sampai TikTok kamu yang cuma nari-nari.

Masalahnya adalah: data ini tumbuh dengan kecepatan jet tempur, tapi banyak perusahaan masih jalan pakai pedati teknologi. Jadi kebayang nggak kalau data sebesar ini dikelola pakai cara lama?

Digital Realty mengingatkan bahwa infrastruktur kita perlu evolusi besar-besaran. Bukan cuma soal server yang lebih besar, tapi cara data diproses, disimpan, dan digunakan. Kalau sekarang kamu masih bingung apa itu "Data Gravity" atau "PDx Solutions", tenang, kita juga. Yang jelas, intinya adalah, data ini harus bisa diolah di tempatnya, bukan dikirim bolak-balik kayak surat cinta zaman 90-an.

Data Gravity dan Beban Pikiran

Apa itu Data Gravity?
Jangan bayangkan ini seperti hukum gravitasi yang bikin apel jatuh di kepala Newton, meskipun konsepnya mirip. Data Gravity adalah fenomena ketika semakin banyak data terkumpul di suatu tempat, semakin sulit untuk memindahkannya. Jadi, alih-alih memindahkan data ke aplikasi atau server, sekarang trennya adalah membawa aplikasi dan layanan ke data itu sendiri.

Bayangkan kamu punya kue ulang tahun super besar di tengah ruangan. Daripada semua orang repot-repot bergerak ke sana, lebih baik kamu bawa potongan kue ke mereka. Simpel, kan? Tapi kalau urusan data, ini butuh infrastruktur kelas dewa---dan sayangnya, kebanyakan perusahaan masih main di level mortal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun