Tetapi, apakah setelah semua itu dilakukan, maka mereka langsung berubah menjadi fotografer profesional?
Jawabannya adalah tentu tidak.
Skill apa yang harus dimiliki selain memotret?
Sederhana saja. Karena intinya adalah profesi/pekerjaan, dan menghasilkan uang, maka untuk menjadi fotografer profesional, seseorang harus berpikiran ala pengusaha. Karena memang poinnya bersinggungan dengan dunia bisnis.
Selain teknik fotografi yang harus dikuasai, ada hal hal lain yang perlu diperoleh seorang fotografer, salah satunya adalah etika dan jam terbang.  Semakin banyak jam terbang  seorang fotografer, pastinya semakin beretika dan lebih profesional.
Dengan adanya batasan-batasan  di atas maka kita dapat mengetahui, kapan kita bisa melakukan pemotretan yang nantinya dapat kita siarkan kepada publik.
Gedung tertentu walaupun milik umum seperti gedung DPR ,MPR , Pemda dan Rumah sakit dengan pengecualian, juga untuk markas militer dan penjara juga tempat wisata seperti Bromo. Rumah sakit tentunya punya aturan khusus, kita dapat membuat berita bergambar tapi setelah itu haruslah dicek dulu apakah ada orang dalam gambar apakah mereka pasien apakah pasiennya teridentifikasi.
Ruang sidang DPR ataupun sidang MPR sudah pasti milik umum tapi di sana punya aturan khusus, misalnya kamera televisi boleh masuk tapi fotografer tidak diijinkan ikut sidang regular. Biasanya fotografer diizinkan pada sesi-sesi tertentu seperti pembukaan sidang.
Begitupun wilayah wisata terbuka untuk umum termasuk buat foto foto konten. Banyaknya pasangan yang memanfaatkan tempat wisata untuk  foto prewedding, beberapa tempat wisata memberlakukan ketentuan khusus seperti izin dan tarif yang cukup mahal. Dengan maraknya permintaan foto prewedding, hal seperti itu sudah sangat dimaklumi.  Sebagai pengguna atau sebagai  event organizer yang bijak, belajar tentang demografi  alam, udara panas, rumput yang kering, sepatutnya kita paham ada aturan yang tidak tertulis atas bahaya api. Tidak hanya berpikir tentang cuan, tapi juga keamanan dan keselamatan.Â
Dalam ruang ruang publik, seringkali kita menemukan sebuah stiker pengumuman bergambar kamera yang disilang, yang artinya ada kebijakan untuk tidak memotret. Sudah selayaknya kita mematuhi larangan tersebut.Â
Dalam sebuah artikel yang dibuat oleh Kartika Sari Yudaninggar, mengungkapkan beberapa etika dalam fotografi. Dalam artikelnya Kartika Sari Yudaninggar menuliskan, dalam dunia fotografi, etika masih menjadi bahan diskusi yang menarik. Para fotografer belum memiliki kode etik yang tertulis secara formal, kecuali bagi mereka yang berkecimpung sebagai  fotografer jurnalistik.  Namun, meski demikian setiap fotografer harus tetap memperhatikan dan menghormati nilai-nilai etika yang ada di tengah masyarakat.Â