"Tidak tanta, kakak antar kami sampai di cabang depan baru kami jalan kaki bajual."
"Syukurlah,"Maya berbisik kepada dirinya sambil mengusap pelan dadanya.
"Lalu sampai jam berapa kalian jualan?"
"Sampai habis tanta, terkadang jam setengah sembilan baru kami sampai  di rumah, biasanya kami meminta tumpangan ke orang-orang yang lewat,  lebih sering kami berjalan kaki,"jawab bocah berbaju merah.
"Grasshopper, ladybird, frog,..." suara anak-anak bergantian dari dalam  ruangan sementara kami bertransaksi kue dan bercerita di teras.
"Anak-anak ini harus merelakan waktu bermainnya, atau waktu  belajarnya untuk membantu orang tua mereka mencari nafkah. Sungguh dua  situasi yang berbeda, di saat anak-anaknya melafalkan kosakata bahasa  Inggris di ruangan yang nyaman, ada banyak anak yang harus bertelanjang  kaki, menjajakan kue buatan ibunya atau omanya," Maya tak henti  membatin.
Rasanya ia ingin memborong semua kue yang tersisa, tapinya uangnya  hanya cukup untuk membeli dua pertiga dari seluruh jualan mereka yang  tersisa.
Maya mencicipi satu onde ubi berisi gula, "hem ini enak, siapa yang buat? Mama kah?" tanya Maya.
"Bukan tanta, itu Oma yang buat."
Ia masih ingin berbagi cerita dengan anak-anak itu, "tanta beta bisa  minta air kah?" tanya bocah si baju merah membuatnya menelan kembali  semua pertanyaan.
Air, ia memang ingin memberikan dua gelas air kepada mereka berdua, Â tapi karena ia tidak berada di rumahnya, ia jadi mengurungkan niatnya.