Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siapa Bilang PJJ Menyulitkan Anak dan Orangtua?

17 Desember 2020   03:00 Diperbarui: 17 Desember 2020   05:27 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu Yantiiii.....saya sedang terkagum-kagum dengan usaha anak-anak hebat dalam melaksanakan PJJ. Ternyata tugas project lebih banyak diminati anak bu...lihat kiriman foto nya dengan ekspresi bahagia...juga kesan mereka saat mengerjakannya....bangga saya dengan anak-anak SMP 11, "seru Nia Kurniati, Guru IPA SMPN 11 Bandung. Teacher Changemaker Ashoka ini adalah sumber inspirasi tiada henti dalam dekade kedua saya tumbuh bersama keluarga peduli pendidikan. 

Saya terpana menyaksikan dokumentasi kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR) yang dilaksanakan peserta didik Nia Kurniati dengan dukungan ibu dan ayah masing-masing.

"Wah keren, Bu! Merinding jadinya, "saya jawab dengan penuh semangat.

Nia Kurniati menyampaikan bahwa anak-anak didiknya bisa belajar mandiri ditemani ayah dan bunda. "Banyak yang mengirimkan video tutorialnya...ih..saya terharu buu!" Serunya lagi 

Guru Penggerak Panutan

Nia Kurniati menjadi pengawas Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan. Ia tak pernah berhenti berinovasi dalam mewujudkan kelas ramah anak sejak kami bertemu dalam ptogram kemitraan Cita Citarum 2010-2011. 

"Saya sedang membuat soal dalam bentuk literasi baca, literasi numerasi dan literasi sains, agar anak-anak tidak kaget kalau menghadapi AKM tahun depan, "Nia Kurniati menyampaikan inovasi teranyarnya. 

Nia meyakinkan saya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan kebijakan Merdeka Belajar dan Pendidikan Anak Merdeka, Bermutu, Tanpa Kekerasan atau Panutan dalam kerangka gerakan Satuan Pendidikan Ramah Anak (SRA). Program ini saya ajukan dan berhasil lolos dalam seleksi Program Organisasi Penggerak. Sebanyak 200 orang guru dari 20 SMP mitra dari daerah tertinggal akan mendapat bimbingan teknis dari Nia Kurniati dan Fasilitator Nasional SRA lainnya pada 2021-2023.

Guru Penggerak Panutan yang lahir pada POP GTK yang kami laksanakan dalam upaya meningkatkan literasi bahasa dan numerik. Guru Penggerak Panutan ini akan memfasilitasi penguatan pendidikan karakter berbasis keluarga dan kelas melalui Gembira bersama Keluarga Peduli Pendidikan Menuju SRA. 

Saat ini, Fitry dan Mia, perempuan milenials yang melaksanakan keseharian Perkumpulan sedang mengikuti pemetaan sasaran dan RAB POP GTK Kemendikbud di DI Yogyakarta.  Keduanya harus bekerja keras meyakinkan Kepala Dinas Pendidikan Pesisir Barat, Pandeglang, dan Kota Bandung menandatangani MoU tanpa sempat bertemu muka. 

Guru Penggerak Panutan di Daerah Tertinggal akan mendampingi peserta didik menjadi Penggerak Panutan Muda di keluarga masing-masing. Anak-anak ditantang untuk melaksanakan proyek perubahan dalam rangkaian kegiatan gembira bersama sepuluh Keluarga Peduli Pendidikan berbasis dasawisma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun