"Bu Yantiiii.....saya sedang terkagum-kagum dengan usaha anak-anak hebat dalam melaksanakan PJJ. Ternyata tugas project lebih banyak diminati anak bu...lihat kiriman foto nya dengan ekspresi bahagia...juga kesan mereka saat mengerjakannya....bangga saya dengan anak-anak SMP 11, "seru Nia Kurniati, Guru IPA SMPN 11 Bandung. Teacher Changemaker Ashoka ini adalah sumber inspirasi tiada henti dalam dekade kedua saya tumbuh bersama keluarga peduli pendidikan.Â
Saya terpana menyaksikan dokumentasi kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR) yang dilaksanakan peserta didik Nia Kurniati dengan dukungan ibu dan ayah masing-masing.
"Wah keren, Bu! Merinding jadinya, "saya jawab dengan penuh semangat.
Nia Kurniati menyampaikan bahwa anak-anak didiknya bisa belajar mandiri ditemani ayah dan bunda. "Banyak yang mengirimkan video tutorialnya...ih..saya terharu buu!" Serunya lagiÂ
Guru Penggerak Panutan
Nia Kurniati menjadi pengawas Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan. Ia tak pernah berhenti berinovasi dalam mewujudkan kelas ramah anak sejak kami bertemu dalam ptogram kemitraan Cita Citarum 2010-2011.Â
"Saya sedang membuat soal dalam bentuk literasi baca, literasi numerasi dan literasi sains, agar anak-anak tidak kaget kalau menghadapi AKM tahun depan, "Nia Kurniati menyampaikan inovasi teranyarnya.Â
Nia meyakinkan saya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan kebijakan Merdeka Belajar dan Pendidikan Anak Merdeka, Bermutu, Tanpa Kekerasan atau Panutan dalam kerangka gerakan Satuan Pendidikan Ramah Anak (SRA). Program ini saya ajukan dan berhasil lolos dalam seleksi Program Organisasi Penggerak. Sebanyak 200 orang guru dari 20 SMP mitra dari daerah tertinggal akan mendapat bimbingan teknis dari Nia Kurniati dan Fasilitator Nasional SRA lainnya pada 2021-2023.
Guru Penggerak Panutan yang lahir pada POP GTK yang kami laksanakan dalam upaya meningkatkan literasi bahasa dan numerik. Guru Penggerak Panutan ini akan memfasilitasi penguatan pendidikan karakter berbasis keluarga dan kelas melalui Gembira bersama Keluarga Peduli Pendidikan Menuju SRA.Â
Saat ini, Fitry dan Mia, perempuan milenials yang melaksanakan keseharian Perkumpulan sedang mengikuti pemetaan sasaran dan RAB POP GTK Kemendikbud di DI Yogyakarta. Â Keduanya harus bekerja keras meyakinkan Kepala Dinas Pendidikan Pesisir Barat, Pandeglang, dan Kota Bandung menandatangani MoU tanpa sempat bertemu muka.Â
Guru Penggerak Panutan di Daerah Tertinggal akan mendampingi peserta didik menjadi Penggerak Panutan Muda di keluarga masing-masing. Anak-anak ditantang untuk melaksanakan proyek perubahan dalam rangkaian kegiatan gembira bersama sepuluh Keluarga Peduli Pendidikan berbasis dasawisma.
Apa yang kami harapkan?Â
Kajian dampak penerapan SRA pada 2017-2020 di berbagai daerah menunjukkan perubahan yang nyata dalam penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah terintegrasi dengan beragam inovasi seperti MeSRA Bertuah di Kabupaten Deli Serdang.Â
Konsistensi Paguyuban MeSRA Bertuah dalam berinovasi mendorong saya memanfaatkan kesempatan mengajak 300 guru dan kepala sekolah yang mengirimkan testimoni pasca Workshop Deli Serdang Sekolah Bermutu (Desa Satu) menjadi Penggerak Panutan Istimewa.
Menuju SRA dengan 15 langkah Mewujudkan SPAB di Masa Kebiasaan Baru adalah salah satu tugas Guru Penggerak Panutan Istimewa. Kemungkinan tetap menerapkan PJJ masih sangat terbuka melihat perkembangan terkini.Â
Kita tunggu hasil Assesmen Kompetensi Minimal (AKM) dan Survei Karakter terhadap peserta didik di 20 sekolah mitra POP dan imbas PPI di Deli Serdang sebagai buktinya ya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H