Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

COD Palsu

22 Juni 2024   09:55 Diperbarui: 22 Juni 2024   10:13 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Paket!"


Suara menggema di depan pintu rumah Marni. Suara yang sering terdengar ini mengagetkan Marni yang sedang memasak. Segera dimatikan kompor. Walaupun tempe belum matang, ia tetap mematikan kompor agar aman.

Segera diambilnya kerudung coklat yang tergeletak di kursi lalu berlari sambil memakainya. Ia sengaja melepas hijab jika di rumah sendirian.

Sambil berjalan keluar, hatinya bertanya -tanya, siapa yang dapat paketan.  Ia merasa tidak pesan barang secara online.

"Untuk siapa Mas?"  teriak Marni ketika sampai di depan pintu.  

"Untuk Mas Marno,  Mbak," jawab Mas e kurir sambil melepas helm. Ia pun mengangsurkan sebuah  bungkusan berwarna hitam ke Marni.

"COD?"
"Ya, Mbak."
"Berapa?"
"98."

Diterimanya  barang berukuran kecil itu. Dibolak-balik barang yang  terbungkus rapi sambil mencermati jenis produk. Namun, kurang jelas karena tulisannya kecil.

Marni sedikit ragu untuk membayar barang tersebut. Ia pun sebenarnya sering membayarkan dulu jika suaminya pesan barang secara online.

"Apa aku telepon Mas Marno ya?" gumamnya sambil mengira-ngira isi. Ada keraguan saat akan menelpon suaminya. Ia pun memutuskan untuk membayar. Marni masuk ke dalam untuk ambil uang. Dilihatnya Mas Kurir menunggu. Ia tak tega jika menunggu lama.

Marni pun  membayar dengan uang seratus ribu dari  uang belanja Minggu ini. Nanti sepulang suaminya pulang ia akan minta ganti seperti biasanya.

"Terima kasih Bu," ucap Lelaki yang memakai jaket hitam dengan senyum. Deru sepeda motor masih terngiang ketika Marni masuk rumah.

Segera dicermati tulisan di paketan itu di tempat yang terang.

"Haa handbody!"

Marni tidak habis pikir mengapa suaminya memesan handbody semahal itu.

"Jangan-jangan suaminya mau beri kejutan untuk dirinya," gumam Marni sambil senyum -senyum sendiri.

Ia pun bahagia karena suaminya sangat perhatian. Kebetulan handbody punyanya hampir habis.

Tak menunggu lama suaminya pulang. Ia hafal dengan suara sepeda motor suaminya. Marni tersenyum ketika suaminya masuk rumah. Segera dibuatkan kopi hangat lalu diberikan suaminya yang masih bersandar di kursi panjang.

"Kok tumben Dik, kau senyum-senyum," tanya Marno sambil menyeruput kopi hitam kesukaannya.

"Terima kasih ya sayang, kau memang suami setia."

Marno dibuat bingung dengan ulah istrinya. Dihabiskan kopi buatan istrinya sampai tandas. Lalu ia berdiri untuk mengambil handuk.

"Mas, ini untukku kan, makasih ya tapi bayar dulu seratus ribu." Marni meletakkan bungkusan paket tadi di atas meja.

"Lain kali kalau beli handbody yang murah saja Mas, tapi kali ini aku senang kok," lanjut Marni sambil minta uang ganti paket.

Marno garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Ia pun duduk di kursi lalu membolak-balik bungkusan berwarna hitam itu.

"Aku tak pesan produk ini lho!" kilah Marno sambil memindahkan bungkusan itu ke depan Marni.

"Tak pesan gimana sih, lihat nama dan alamat sangat jelas banget. Nama, RT, RW,  desa semuanya benar." Marni memperjelas dengan membaca tulisan yang memang tidak salah sedikit pun.  Ada nomor rumah juga.

Kedua suami istri itu saling adu mulut tiada henti. Saling menyalahkan.

"Aku tak pesan barang tersebut titik!" kata Marno dengan suara tinggi.

"Aneh kan kok bisa alamat sangat jelas, dari mana dapat alamat tersebut," Marni masih mempertahankan argumentasinya.

"Ya, gak tahu." Marno sewot lalu pergi ke kamar mandi.

Marni masih terus mengamati paketan. Ingin segera membukanya. Jangan-jangan COD palsu. Ia ingat zaman gini sering ada penipuan.

Tiba-tiba ada seseorang menguluk salam. Marni pun menjawab salam dan berdiri. Ternyata adiknya yang datang.

"Eh kamu Jok, dari mana?" tanya Marni dengan ramah.

"Ya dari rumah, sedang apa Mbak? " Joko, adik Marni satu-satunya balik tanya.

Marni pun bercerita tentang kejadian yang baru saja dialami. Ia pun memberikan paket yang belum dibuka.

"Jadi, Mbak Marni sudah bayar paket ini?"

"Ya, jelas sudah to Jok, kan biasanya jika ada paket COD atas nama Mas Marno ya aku bayar dulu," jelas Marni.

Joko mengamati paket itu lebih teliti. Setelah diamati ternyata ini bukan kiriman lewat toko online tetapi dari perorangan. Jelas ini penipuan.

"Mas Marno pasti pesannya lewat medsos ya?"

"Ya, Jok, Mas mu memang hobi pesan dari iklan di medsos?"

Joko pun menjelaskan bahwa ini dari nomor pribadi. Nama toko online juga dipalsukan. Joko sudah menghubungi nomor tersebut tapi nomor WA tidak terdaftar.

"Ini COD palsu Mbak. Hati-hati kalau  dapat kiriman paket. Pastikan keluarga memesan barang. Kalau dikembalikan juga gak bisa karena tidak lewat toko online resmi. Kan uang sudah diserahkan pihak jasa pengiriman. "

Joko menjelaskan panjang lebar.

"Duh, tertipu nih. Uangku seratus ribu!" Marni menggerutu dengan wajah memerah.

Benar juga setelah dibuka bersama. Ada sebuah handbody berwarna pink. Mirip dengan handbody merek tertentu dengan harga kisaran dua puluh ribu. Marni hanya menyesali diri.

"Ya, belum rejeki, mungkin amalku kurang sehingga Allah beri musibah kecil ini, " ucap Marni seolah menenangkan diri.

"Semoga disadarkan orang -orang yang sengaja menjadi penipu," ucap Marni lirih.

"Mas, hari ini aku gak masak lho," ucap Marni karena uang belanjanya untuk bayar handbody.

"Lho kok aku ikut jadi korban? " jawab Marno sambil membetulkan krah.

Marno pun tidak marah. Ia pun mengajak istrinya keluar rumah untuk diajak jajan di warung bakso yang sedang viral.

Ambarawa, 22 Juni 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun