"Lain kali kalau beli handbody yang murah saja Mas, tapi kali ini aku senang kok," lanjut Marni sambil minta uang ganti paket.
Marno garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Ia pun duduk di kursi lalu membolak-balik bungkusan berwarna hitam itu.
"Aku tak pesan produk ini lho!" kilah Marno sambil memindahkan bungkusan itu ke depan Marni.
"Tak pesan gimana sih, lihat nama dan alamat sangat jelas banget. Nama, RT, RW, Â desa semuanya benar." Marni memperjelas dengan membaca tulisan yang memang tidak salah sedikit pun. Â Ada nomor rumah juga.
Kedua suami istri itu saling adu mulut tiada henti. Saling menyalahkan.
"Aku tak pesan barang tersebut titik!" kata Marno dengan suara tinggi.
"Aneh kan kok bisa alamat sangat jelas, dari mana dapat alamat tersebut," Marni masih mempertahankan argumentasinya.
"Ya, gak tahu." Marno sewot lalu pergi ke kamar mandi.
Marni masih terus mengamati paketan. Ingin segera membukanya. Jangan-jangan COD palsu. Ia ingat zaman gini sering ada penipuan.
Tiba-tiba ada seseorang menguluk salam. Marni pun menjawab salam dan berdiri. Ternyata adiknya yang datang.
"Eh kamu Jok, dari mana?" tanya Marni dengan ramah.