Mohon tunggu...
Siti Royani
Siti Royani Mohon Tunggu... Freelancer - IRT yang doyan nulis dan membaca. Senang membagikan resep-resep makanan dan kisah-kisah fiksi

Blogger & Copy Writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Delapan Tahun Berlalu

20 September 2019   11:02 Diperbarui: 23 September 2019   13:49 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

''Oke, aku percaya padamu. Sekarang pulanglah! Koordinasikan sama orang-orangmu. Ingat pesanku! Bagi yang adil jangan sampai ada yang tak kebagian. Aku mau mereka tahu kalau aku memberikan perhatian lebih pada suara yang akan mereka berikan nanti.''

''Beres Kang. Tidak perlu kuatir pada Lastri.'' Perempuan itu menjabat tangan Yus sebelum berpamitan pulang.

Setelah bayangan wanita itu tak nampak lagi di halaman rumah Yus, Dewi istri Yus berjalan tergopoh-gopoh menghampiri suaminya yang masih asyik duduk termangu di depan teras rumahnya.

''Bapak itu gimana sih? Wong punya anak laki-laki yang sudah dewasa yang bisa dimintai bantuan, kok ngandelin perempuan ular itu. Gimana nanti tanggapan Nano kalau tahu hal ini? Apa anak itu tidak protes?'' wajah Dewi cemas dan sangat ketakutan sekali. Membayangkan uang itu tidak sampai ke tangan para pendukung Yus.

''Kamu tenang saja, Bu. Bapak percaya pada saudara bapak sendiri yang sudah berpengalaman. Si Nano itu masih muda. Belum paham benar soal beginian.''

''Iya, Lastri punya pengalaman segudang setelah bapak kalahkan! Sedang Nano, meski bapak bilang anak-anak, tapi mana mungkin menipu bapaknya sendiri. Toh kalau ada apa-apa dia juga ikut nanggung akibatnya. Emang anakmu tak waras apa, mau menjerumuskan bapaknya sendiri ke neraka?'' Dewi mulai berapi-api mukanya. Menanggapi ucapan Yus yang membela Lastri.

''Sudah...sudah! Bapak tak mau bertengkar dengan ibu. Ibu itu tahu apa tentang politik. Lagian ini urusan laki-laki. Sebaiknya ibu diam saja dan berdoa semoga bapak menang lagi nanti.''

Dewi ingin membalas perkataan Yus. Tapi begitu melirik halamannya rumahnya beberapa orang masuk dengan mengendarai motor, maka diurungkanlah niatan itu. Mereka para pendukung suaminya yang akan membuat laporan. Mengenai catatan orang yang akan memilih Yus. Meski kesal, Dewi tetap diam. Dengan bersungut-sungut dia masuk ke dalam rumah menyiapkan hidangan untuk para tamu tadi.

**

''Apa? Bapak memberikan uang pada Lik Lastri, Bu?'' tanya Nano setengah berteriak histeris menatap Dewi. ''Sebenarnya bapak itu sadar enggak sih, kalau adik sepupunya itu iblis yang berkepala manusia?'' wajah anak sulung Yus memerah, setelah Dewi memberitahukan perihal uang yang diberikan Yus kepada Lastri tempo hari.

''Ibu tidak tahu, No. Bapakmu sudah diperingatkan oleh ibu, tapi masih ngeyel. Ya mau gimana lagi?''

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun