" Selamat tidur "...........
Malam itu mungkin hanya kami berdua yang tidur sambil tersenyum......
Seperti getar-getar tak terkendali , aku maksudku kami, aku dan Gracia seperti menunggu setiap akhir pekan agar kami bisa berkencan. Hari-hari biasa kami harus berkutat dengan sejumlah makalah yang menjadi tugas akhir pelatihan ini. Suatu malam ketika aku mencuri kesempatan mencium pipinya sebelum berpamitan, ia tampak tertegun
" Aku menyesal " ucapnya lirih
" Maaf, aku tak bisa menahan untuk  tidak melakukannya " jawabku cepat
" Bukan itu , aku menyesal baru saat ini aku mengenalmu " secepat kilat ia menutup pintu, kudengar tangisnya tercekat. Aku bingung. Cinta, bimbang atau benci yang dirasakannya ? Aku tertegun didepan kamarnya , sambil mengharap masih ada waktu, untuk dapat terus memeluk, atau sekedar mengusap rambut indahnya, entah esok atau minggu depan , ebelum aku kembali ke Indonesia. .
Malam itu aku gelisah sekali. Kenapa hanya begini saja. Apakah nanti sepuluh tahun lagi kami bertemu hanya ini kenangan kami. Mungkin di New York nanti ia juga akan bertemu laki-laki dalam kesepiannya dan aku hanya ada di album masa lalunya . Aku sendiri rasanya sulit melupakan dia.
Malam ini memang malam terakhir kami di Urasa, besok kami kembali ke rutinitas kami. Good bye Urasa. Mata ai masyo. Aku harus bertemu Gracia. Kudengar sura gaduh dikamarnya, berarti dia masih mengepak barang. Aku ketuk kamarnya keras-keras seperti orang kesetanan. Ia membukanya dengan segera seperti menanti ketukanku !
" Aku mau masuk " ucapku langsung menerobos. Ia tidak sempat menjawab .Kami berpelukan . Erat sekali, memastikan besok kami tak akan jumpa lagi. Setelah itu kurenggangkan pelukanku. Kutatap wajahnya, cantik ala Gracia, sukar kujelaskan . Dikupingku ia berbisik ,
" Jay, aku seorang istri baik-baik Jay...kamu tahu itu "
aku tersenyum