"Oyasuminasai ", kuucapkan selamat tidur , sebelum kami berpisah
" Have a nice sleep " Tetsu san membalas dengan bahasa Inggris
Ketika mobilnya berlalu, aku bergegas naik lift. Pikiranku menerawang. Badan terasa lelah setelah kemarin menempuh perjalanan dengan kereta Shinkansen dari Bandara Narita ke Niigata. Aku bahkan nyaris tidak memperhatikan seorang wanita muda yang turun bersamaan denganku dilantai dua dan masuk ke kamar tepat di depanku. Aku bahkan tidak akan pernah tahu, wanita  yang berpapasan itu nantinya akan ada di sebagian rahasia hidupku.
Tepuk tangan meriah bergema ketika acara pelatihan dibuka oleh Prof. Yamashita. Aku semakin mengenal, betapa detilnya setiap orang Jepang mengemas acara, sehingga nyaris tidak ada kesalahan. Sususnan acara berlangsung tanpa bergeser satu menitpun ! Mereka juga dalam posisinya--yang cenderung menjaga jarak kepada orang asing-- tetap berusaha ramah dan meyenangkan orang lain. Sesi awal cukup menyegarkan. Kami datang dari beberapa negara yang mayoritas  Asia  .
Kami di bagi beberapa kelompok .Aku masuk dalam sebuah kelompok kecil enam orang. Kami berdiskusi bersama, saling menimba ilmu dangan pengalaman masing-masing. Kemampuanku sedikit berbahasa Jepang membuatku dipilih menjadi ketua kelompok tersebut. Sebagai ketua , aku butuh seorang sekretaris yang mencatat semua hasil diskusi yang akan diperesentasikan kelompok kami.  Gracia, wanita  asal Philipina yang ternyata tinggal berseberangan kamar denganku, dipilih menjadi juru catatku alias sekretaris.
Sebagaimana kelompok , kami berusaha mengakrabkan diri, tentu saja , dalam enam bulan ke depan kami akan berjuang bersama untuk pulang membawa laporan   dan sertifikat., sebuah bukti tertulis.  Sepanjang kami menjaga pembicaraan , kami terlihat akrab dan tanpa masalah. Walau kulihat Siti  sebenarnya menahan diri untuk tidak mennunjukkan wataknya. Kulihat ia tipe wanita mandiri, yang cenderung kurang bisa mndengar pendapat orang lain. Rajiv dan Kumaar, sang dominan, ternyata memang sudah akrab sebelum mereka masuk di kelompok kami. Mereka bertetangga kantor di New Delhi. Kadang-kadang mereka asyik berbincang sendiri yang kami tak jelas , asal usul topik yang mereka bicarakan. Lee. orangnya pendiam, cenderung tertutup tapi penuh dengan strategi.
Aku harus mengakui, aku jadi lebih akrab dengan Gracia. Gracia kulihat berusaha bersikap netral kepada siapapun. Tapi dia tak bisa menolak sinyal -sinyal " ketertarikan " yang terpancar dariku. Wajahnya agak tersipu setiap aku mencuri pandang ke wajah cantiknya. Bagiku, Gracia bukan cuma sosok yang membuatku nyaman berbincang dengannya. Ia benar-benar wanita yang biasa-biasa saja. Dan kebetulan kedua adalah kami memilih penginapan yang sama : Casa Italia.
Hari minggu pagi itu kami libur. The Indians pergi reuni ke Tokyo . Lee, sibuk mendekati Prof. Yamashita untuk rencana program doktoralnya. Siti, kedatangan teman-teman Malaysianya.  Aku ? bosan rasanya berbincang tanpa kontak langsung, misalnya seperti  lewat internet. Pergi berbelanja juga tak nyaman , udara dingin menusuk.
" Selamat pagi " Â Entah sengaja, ingin atau coba-coba aku iseng mengetuk kamar Gracia. Kami berkomunikasi dengan bahasa Inggris .
" Ya, sebentar .. ! .siapa ?."
" Aku, Jay......."