Mohon tunggu...
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE )
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE ) Mohon Tunggu... Dosen - LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peta Jalan Menuju Smart City dan Kendala yang Mengahalanginya

22 Maret 2020   21:23 Diperbarui: 22 Maret 2020   21:15 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Setelah selesai merumuskan indikator, tahap selanjutnya adalah melakukan kajian assessment.

III.Base Line Studi

Base line studi dilakukan untuk menentukan kondisi objektif pada saat ini. Studi ini sangat penting untuk menentukan titik start sebelum melangkah lebih jauh dalam rangka menentukan level kesiapan suatu kota untuk bertransformasi menuju smart city. Berdasarkan hasil base line studi, dilakukan gap analisis, untuk menghitung selisih antara kondisi aktual, objektif dengan target, kondisi ideal, persyaratan yang dituntut oleh indikator smart city. Hasil kajian gap analisis berguna dalam merumuskan berbagai rekomendasi, tindakan -tindakan inisiatif, proaktif progresif untuk menuju smart city. Pekerjaan di tahap base line studi dan gap analisis adalah pekerjaan besar yang melibatkan para pakar dari berbagai disiplin ilmu dan membutuhkan waktu yang lama. Pada tahap inilah diuji kebesaran jiwa dan keluasan wawasan para penentu pengambil keputusan untuk mau mendengarkan dan mengakomodasikan rekomendasi dari para pakar dengan beragam latar belakang keilmuan. Dengan menggunakan metode metode tertentu, penulis melakukan rapid assessment untuk mengetahui tingkat kesiapan dan mengidentifikasi beberapa kendala yang menghambat perjalanan menuju smart city, analisis dan evaluasi. Adapun metode metode yang digunakan antara lain : PRA ( Participatory Rural Appraisal ) dan RRA ( Rapid Rural Appraisal ), FGD, Delphi, RBS ( Risk Break down Structure ), CRSA ( Controller Risk Self Assessment ), FMEA ( Failure Mode and Effect Analysis ), Benchmarking, Simulasi Monte Carlo, Decision Tree Analysis

Analisis 

Dari kajian elaborasi hasil base line studi dan gap analisis, ditemukan beberapa hambatan teknis dan non teknis untuk menuju smart city. Sebagai contoh kasus dipilih kota Medan, dengan alasan kepraktisan, karena penulis menetap di Medan. Hambatan non teknis lebih bersifat sosial dan budaya. Hambatan teknis lebih bersifat pada persoalan teknis dan finansial. Hambatan hambatan non teknis yang dimaksud adalah :

1. Hambatan pada smart transportasi. Filosofi transportasi adalah memindahkan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan moda transportasi. Ditinjau dari aspek fungsi, semua sarana transportasi tergolong pada artefak teknomik. Artefak teknomik adalah semua benda buatan manusia yang berfungsi sebagai alat teknologi yang berhubungan erat dengan upaya penggarapan sumberdaya alam, seperti cangkul, pisau, jala ikan dan sebagainya. Mobil jelas tergolong kepada artefak teknomik, tetapi oleh manusia fungsinya digeser / diubah jadi artefak sosioteknik. Artefak sosioteknik adalah semua benda buatan manusia yang berfungsi sebagai simbol status, seperti tahta kerajaan, pakaian kebesaran, mahkota dan sebagainya. Satu kelompok artefak lain adalah artefak ideoteknik, yaitu semua benda buatan manusia yang berfungsi sebagai alat upacara religi dan keagamaan, seperti kitab suci, perlengkapan upacara keagamaan, tasbhi, rosario dan sebagainya. Dengan bergesernya atau timbulnya fungsi tambahan pada mobil, akibatnya jumlahnya jadi berlipat ganda, melampaui kebutuhan. Dengan demikian filosofi transportasi berubah menjadi memindahkan kendaraan dari satu tempat ke tempat lain. Mobil berdaya angkut 5 orang atau lebih hanya mengangkut satu orang. Selama seharian penuh mobil itu berhenti di tempat parkir, setelah malam mobil kembali berjalan menuju garasi mobil di rumah pemiliknya. Satu keluarga kelas menengah - atas dengan 4 orang anggota, dilayani oleh mobil lebih dari 2 unit. Akibatnya sudah dapat diduga, jalanan jadi macet terutama pada jam sibuk. Keadaan diperburuk oleh perilaku pengguna jalan yang tidak berdisiplin. Gangguan dan hambatan pada aspek transportasi sebagian besar disebabkan oleh masalah sosial budaya. Oleh karena itu sangat diperlukan peran para ahli ilmu ilmu sosial dan budaya untuk mengubah mindset dan perilaku manusia.

2. Hambatan pada smart waste management juga bersumber pada masalah filsafat, sosial dan budaya. Sudah berabad abad sampah dan limbah dipandang sebagai barang yang tidak punya nilai / manfaat, sehingga harus dibuang. Tidak mengherankan jika semua peringatan, himbauan, arahan memuat kata buanglah sampah ke tempat yang telah disediakan. Di atas telah dijelaskan bahwa sampah adalah energi potensial yang dapat diubah menjadi energi kinetik, sehingga setiap ssmpah punya nilai/ manfaat. Oleh karena bermanfaat, sampah jangan dibuang, tetapi harus dikumpulkan di suatu wadah. Implikasinya bunyi redaksi peringatan itu harus diubah menjadi kumpulkan dan letakkan sampah di tempat yang telah disediakan. Proses perubahan mindset orang menyangkut rekayasa sosial budaya dan membutuhkan jasa para ekspatriat di bidang sosial budaya.

3. Pemerintah Kota di Indonesia cenderung berbuat curang dalam memenuhi proporsi ruang terbuka hijau sebesar 30 % dengan memasukkan areal malsm sebagai RTH. Sementara itu pemerintah tidak memperlakukan makam sebagai RTH, dengan membuat pagar keliling. Walaupun demikian pemerintah tetap gagal memenuhi angka rasio itu. Jika Pemerintah mau menggunakan areal makam menjadi RTH, maka pemerintah harus melakukan restrukturisasi di areal makam dengan menata ulang sehingga dapat dijadikan RTH. Disamping itu pemerintah juga harus melakukan rekayasa sosial budaya dengan mengubah mindset orang tentang dari tempat yang menyeramkan jadi tempat rekreasi yang menyenangkan. Di Republik, orang lebih takut pada orang yang sudah mati dibanding dengan orang yang masih hidup.

4. Hambatan pada smart water management. Hambatan pada sektor ini menyangkut aspek teknis dan aspek sosial budaya. Pada labelnya, Perusahaan Derah Air Minum ( PDAM ) Tirta Nadi di kota Medan mengaku menjual air minum, tetapi pada dasarnya PDAM Tirta Nadi menjual air bersih. Air bersih belum tentu sama dengan air minum, tetapi air minum sudah pasti merupakan air bersih. Pernyataan itu mengandung arti bahwa kualitas air minum lebih tinggi dari air bersih. Harusnya air minum produk Tirta Nadi dapat langsung diminum langsung dari keran air di rumah pelanggannya. Kenyataannya Tirta Nadi tidak dapat menjual air minum ke pelanggannya. Untungnya bagi Tirta Nadi, sebagian besar pelanggan tidak paham soal ini. Setelah ditelusuri, masalah itu tidak semata mata kesalahan PDAM Tirta Nadi. Mungkin PDAM Tirta Nadi dapat menjaga mutu produknya di instalasinya. Dalam perjalanan air dari instalasi menuju rumah pelanggan melalui saluran pipa induk, pipa sekunder, banyak faktor yang berada di luar kendali Tirta Nadi. Perusahan Listrik Negara , Perusahaan Telekomunikasi dan Dinas PUPR, dalam bekerja tidak berkoordinasi dengan PDAM Tirta Nadi. Akibatnya ada bagian pipa air pecah. Tanah dan hewan hewan tanah dapat masuk ke dalam pipa dan mengkontaminasi air di dalam pipa. Sebenarnya tanah dan hewan tanah tidak dapat mencemari air di dalam pipa seandainya tekanan udara di dalam pipa tetap stabil dan lebih besar dari tekanan udara di luar pipa. Tanah dan hewan tanah akan masuk ke dalam pipa jika tekanan udara di dalam pipa turun dan jadi lebih kecil dari tekanan udara di luar pipa. Kemampuan PDAM Tirta Nadi menjaga kestabilan tekanan udara di dalam pipa sangat ditentukan oleh kinerja mesin pompa. Kinerja mesin pompa sangat ditentukan oleh kelancaran pasokan listrik dari PLN. Sementara kinerja PLN Wilayah Sumbagut terkenal bobrok. Buruknya kinerja PLN dan tiadanya koordinasi antar instansi pemerintah membuat jalan menuju smart city terhambat.

Penutup

Seluruh uraian di atas menunjukkan bahwa di Republik, jalan menuju smart city, masih panjang dan terjal pula. Dibutuhkan kerja keras dan perubahan mindset serta perilaku warga kota. Untuk satu kota saja kondisi nya berat, bagaimana pula dengan ambisi 100 kota menjadi smart city. Masih banyak masalah yang bersumber pada aspek sosial budaya. Pelibatan pakar bidang sosial budaya jadi persyaratan yang tidak dapat ditawar tawar lagi. Teknologi digital jadi alat seleksi bagi warga kota. Smart city hanya ramah dan menyambut warga kota yang berkarakter jujur, disiplin, taat azaz, taat peraturan. Sebaliknya smart city bersikap kejam terhadap warga kota yang berkarakter maling, tidak berdisiplin dan berperilaku curang. Smart city adalah surga bagi yang diinginkannya, sekaligus adalah neraka bagi yang tidak dikehendakinya. Bagi orang berperilaku buruk, lupakan saja keinginan jadi warga kota smart city. Penduduk yang menetap di smart city harus berperilaku baik bukan karena intimidasi dosa dan neraka, dan bukan pula karena iming iming pahala dan surga, tetapi karena hal itu merupakan satu satunya pilihan jika ingin menetap di smart city. Upaya mewujudkan smart city belum tertutup sama sekali, tetapi berdasarkan kondisi hari ini, butuh kerja keras dan waktu lama. Ingatlah selalu bahwa perjalanan terjauh sekalipun harus dimulai dari langkah pertama. Tanpa langkah pertama, selamanya tidak ada perjalanan terdekat sekalipun Akhirnya penulis mengucapkan selamat jalan menuju smart city.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun