Mohon tunggu...
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE )
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE ) Mohon Tunggu... Dosen - LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peta Jalan Menuju Smart City dan Kendala yang Mengahalanginya

22 Maret 2020   21:23 Diperbarui: 22 Maret 2020   21:15 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

4. Smart Waste Management.

Keberadaan sampah dan limbah tidak dapat dihindari, sebagai akibat bekerjanya hukum Thermodinamika II, di dalam ilmu fisika. Sampah dan limbah adalah materi, energi dan informasi yang berada pada ruang dan waktu yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Sampah dan limbah sepanjang berada pada ruang dan waktu yang sesuai dengan peruntukannya tidak menjadi masalah, masalah baru muncul ketika sampah dan limbah itu berada pada ruang dan waktu yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Tumpukan tandan kosong kelapa sawit jadi limbah jika diletakkan menggunung di suatu hamparan lahan. Kemudian tandan kosong disebarkan merata di suatu lahan, lalu ditaburi sekam padi atau serbuk gergaji kayu dan dibiarkan selama beberapa bulan. Kemudian di tandan kosong itu tumbuh jamur dan ulat serta cacing. Jamurnya dipanen, dijual di pasar dan jadi masakan lezat yang jadi menu unggulan di restoran besar. Ulat dan cacing dipanen, dijadikan pakan ternak unggas dan ikan. Unggas dan ikan tumbuh sehat dengan pakan organik dan aman dikonsumsi. Kemudian tandan kosong berubah wujud jadi rabuk berwarna hitam kaya unsur organik, yang dapat dijadikan pupuk bagi tanaman hias dan hortikultura. Tandan kosong yang semula menjadi masalah dapat diubah menjadi solusi, dengan cara memperpanjang daur materinya, sehingga tercipta kondisi zero waste. Smart city menuntut standard zero waste di dalam pengelolaan sampah dan limbah. Menurut hukum Kekekalan Massa dan Energi di dalam ilmu fisika, semua materi termasuk sampah dan limbah pada dasarnya adalah energi potensial, yang dapat diubah menjadi energi panas dan kemudian diubah menjadi energi kinetik, dapat digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit tenaga listrik. Dasar pemikiran yang sederhana ini harus diterapkan di smart city untuk memecahkan masalah sampah dan limbah sekaligus menjadi sumber energi alternatif pengganti sumber energi fosil yang semakin langka. Berbagai teknik yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah sampah dan limbah antara lain : reduction ( mengurangi massa bahan dalam proses produksi ), reuse ( guna ulang ), recycle ( daur ulang ), replenish ( isi ulang ), retrieve energy ( memungut panas yang terlepas ). Swedia adalah contoh negara yang sukses mengkonversi energi dari sampah dan limbah. Negara ini tidak pernah berhenti menciptakan kemuskilan yang tidak mungkin dapat dilakukan negara lain. Dalam kerangka berpikir linear, konvensional, apa yang dilakukan oleh Swedia adalah magic, sulap. Dalam kerangka berpikir lateral hal itu sangat logis. Dalam dua dekade, PDB ( Product Domestic Bruto ), Swedia meningkat 58%, tetapi tingkat emisi carbonnya justru turun sebesar 22%. Ini benar benar prestasi spektakuler, mungkin saat ini hanya Swedia yang mampu melakukannya. Prestasi Swedia tidak terlepas dari kecanggihan algoritma sistem pendidikannya.

                                                                                                                                               Smart city Stockholm

                                                                                                                                                  sumber: Google


5. Smart Water Management

Air tawar adalah kebutuhan vital setiap mahluk hidup. Begitu vitalnya air bagi kehidupan sehingga melahirkan Diamond Paradox, yang mengatakan bahwa di tengah padang pasir tandus, satu botol air lebih berharga / bernilai dari sebongkah berlian. Air yang demikian berharga di suatu tempat, tetapi di tempat lain jadi barang tidak berguna, disia-siakan, terbuang percuma. Sebagian besar air di bumi ( 97 % ). adalah air asin di lautan. Hanya 3%, berupa air tawar. Sebagian besar air tawar ( 80% ) berada dalam bentuk lapisan es abadi di Kutub Utara dan Kutub Selata. Selebihnya tersimpan dalam bentuk air permukaan ( danau, sungai, telaga, sumur air tanah dangkal ) dan air tanah dalam. Mengingat komposisi dan penyebaran air di muka bumi, semua orang bertanggung jawab untuk mempertahankan air tawar selama mungkin di daratan. Manajemen smart city menuntut pengelolaan air pada level zero losses. Tingkat seperti ini di Asia hanya negara Singapura yang sudah mencapai level ini. Singapura sudah menerapkan teknik daur ulang dalam manajemen keairan. Bahkan air tinja dan urin diolah menjadi air yang siap dikonsumsi langsung dari keran. Singapura punya cadangan air tawar jauh lebih banyak dari Jakarta.

6.Smart Building

Semua bangunan di smart city harus memenuhi standard keamanan dan kenyamanan gedung, yang dikeluarkan oleh LEED ( Leadership in Energy and Environmental Design ). LEED adalah suatu sistem standard keamanan dan kenyamanan gedung yang dikembangkan oleh USGBC ( United States Green Building Council ). LEED mengatur aspek aspek Water efficiency, energy & atmosphere, material & resources, in door environmental quality, innovation in operations & regional priority, sustainable sites. Setiap gedung di smart city dilengkapi smoke detector, heat detector, fire alarm, sprinkle dan APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ), algoritma keamanan, keselamatan, dan kenyamanan gedung serta berbagai Standard Operasional Prosedurnya.

7. Smart Energy

Kehidupan sehari hari di smart city sangat berbeda dengan di kota konvensional. Banyak mind set, perilaku, kebiasaan ( habit ), di kota konvensional yang tidak sesuai dengan tuntutan hidup di smart city. Keterbatasan lahan di perkotaan, memaksa orang mendirikan bangunan vertikal mencapai puluhan lantai. Kebiasaan menyapu rumah dan membuang kotoran ke luar rumah tidak mungkin lagi dilakukan. Begitu juga dengan menjemur pakaian dengan mengandalkan sinar matahari, memasak dengan bahan bakar kayu atau minyak bakar. Semua pekerjaan dilakukan dengan peralatan vacum cleaner, mesin cuci dengan alat pengering, kompor listrik yang berbasiskan energi listrik. Begitu juga masuk dan keluar rumah menggunakan lift yang digerakkan oleh tenaga listrik. Dapat dikatakan semua gerak kehidupan di smart city ditopang oleh energi listrik. Implikasi dari hal ini adalah, pasokan listrik dari sistem kelistrikan tidak boleh terhenti walaupun hanya beberapa menit. Sistem kehidupan di Smart city sama sekali tidak menoleransi kondisi listrik byar pert. Akan lebih baik jika pengelola sistem kelistrikan memiliki sertifikat Sistem Manajemen Energi berbasiskan ISO 50000.

8.Smart Goverment

Pemerintah Kota sebagai pengelola smart city untuk mengadopsi nilai nilai yang sesuai dengan semangat era digital. Nilai nilai itu antara lain demokrasi, menghargai hak azasi manusia, menjunjung tinggi prinsip keadilan, supremasi hukum, transparansi, akuntabilitas, profesionalisme, efisien, kompetitif. Pengelola yang tidak mampu menerapkan nilai nilai baru dan tidak kompeten, dipersilahkan mundur dari panggung kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun