Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah Garuda Sekolah Rakyat dan Melupakan yang Lama

30 Januari 2025   14:43 Diperbarui: 31 Januari 2025   04:54 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan buruk sangka dulu, pemerintah juga akan membangun Sekolah Rakyat. Sekolah itu dikhususkan untuk menampung siswa dari keluarga tidak mampu dan miskin. Berarti adil, dong?

Mari kita tarik ke belakangan. Pada tahun 2017 diberlakukan PPDB Zonasi. PPDB itu dibuat karena pemerintah ingin meratakan kualitas pendidikan dengan menghilangkan keistimewaan sekolah unggulan. Siswa dengan latar belakang apa pun bisa masuk ke satu sekolah walau tadinya sekolah itu berlabel unggulan, favorit, kaya, miskin, dan sebagainya.

Kembali lagi ke belakang ada program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di sekolah negeri yang berlaku sejak 2006. Di RSBI mayoritas pelajaran diberikan dalam bahasa Inggris. Kelasnya ber-AC dan fasilitas pendukungnya lengkap. Mereka juga punya program pertukaran pelajar ke luar negeri.

Pada 2013 Mahkamah Konstitusi menghentikan RSBI karena diskriminatif. Diskriminasi ini menyangkut ketidaksetaraan akses, perbedaan perlakuan, dan fasilitas serta sumber daya yang timpang.

Masih di masa lalu ada kelas akselerasi. Hampir semua sekolah negeri unggulan punya kelas akselerasi. Kelas ini diisi para siswa berotak encer. Dari kelas ini mereka bisa menyelesaikan SD hanya dalam lima tahun dan SMP serta SMA hanya dua tahun saja. Lagi-lagi, siswa di kelas akselerasi harus bayar SPP lebih mahal daripada kelas reguler.

Kelas akselerasi tidak secara resmi dihapus seperti RSBI, namun sejak 2014 program ini mulai berakhir karena menghadapi kontra yang mirip dengan RSBI. Pada kelas akselerasi siswa menghadapi beban akademik yang besar. Selain itu penjaringan diukur dari nilai akademik, bukan IQ, sehingga tidak mencerminkan kecerdasan yang sesungguhnya.

Jadi sebetulnya kita telah menghindarkan diri dari stratifikasi pendidikan yang mengkotak-kotakkan siswa. Kalau kemudian dibangun sekolah untuk orang kaya dan orang miskin, apa kabar pemerataan kualitas pendidikan?

Stratifikasi sekolah patut membuat kita khawatir karena siswa yang satu akan merasa lebih tinggi derajatnya dibanding siswa lain karena dia belajar di sekolah unggulan nasional, padahal sama-sama dibiayai APBN. Pun membuat siswa dan orangtua lebih memedulikan keunggulan akademik, padahal kecerdasan anak berbeda-beda.

Sekolah Menengah Atas

Hal lain yang mengulik pikir adalah soal kewenangan mengelola Sekolah Garuda dan Sekolah Rakyat. SMA (dan SMK) secara domain ada di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) karena merupakan pendidikan menengah. Namun, Sekolah Garuda ternyata akan dibangun dan dikelola oleh Kemdiktisaintek (Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi).

Padahal ranah Kemdiktisaintek ada di tugasnya yang menyelenggarakan suburusan pemerintahan pendidikan tinggi yang merupakan lingkup urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan urusan pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 

Kemudian, Kemdiktisaintek berkomitmen untuk terus berinovasi, memperluas akses dan relevansi pendidikan tinggi, dan memperkuat pemanfaatan dan penguasaan sains serta teknologi untuk meningkatkan kualitas taraf hidup masyarakat Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun