Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

UN Mau Diadakan Lagi, Demi Peserta Didik atau Kepentingan Siapa?

11 November 2024   13:33 Diperbarui: 12 November 2024   16:17 1450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ujian dari kompas.id

Tidak sedikit tugas sekolah yang perlu bantuan orangtua. Bukan artinya orangtua yang mengerjakan PR. Namun, orangtua membantu kalau anak kesulitan memahami atau PR itu sulit dikerjakan sendirian. Jadi tanpa Ujian Nasional pun siswa sudah cukup dibebani untuk memahami materi pelajaran, tugas sekolah, dan proyek kelompok.

Sudah ada UTS, UAS, dan Tes Pemetaan Mutu. Ada juga ANBK untuk mengukur mutu (kualitas) sekolah di Indonesia. ANBK adalah pengganti Ujian Sekolah Berstandar Nasional atau UN (Ujian Nasional). Jadi anggapan tidak-ada-ujian-anak-tidak-belajar itu dari mana. Ujian nyatanya ada dan anak harus belajar untuk menyelesaikan PR dan proyek-proyek kelas.

Lulusan Indonesia Ditolak S1 Kampus Luar Negeri?

Luar negerinya di mana dan kampusnya apa. Keponakan suami saya tahun ini diterima di University of Malaya. Sebelumnya dia kuliah di UPN Yogya, tapi tidak kerasan dengan jurusan dan lingkungan kampusnya. Jadi dia mendaftar lagi ke Malaysia dan diterima.

Anak teman saya juga tahun lalu ada yang kuliah di Amerika Serikat. Anak sepupu saya ada juga ada yang sudah semester 5 di kampus Belanda.

Kalau target kampusnya Harvard, Oxford, atau Stanford seperti Maudy Ayunda masuk akal lulusan Indonesia ditolak. Tiga kampus itu masuk lima kampus terbaik dunia. Anak Eropa dan Amerika saja belum tentu diterima, apalagi anak Indonesia.

Melansir Goodstats, jumlah mahasiswa S1 Indonesia di luar negeri ada 59.224 orang dengan sebaran 11.683 orang berada di Australia dan 9.682 berada di Malaysia. Tren kenaikan jumlah mahasiswa yang belajar ke luar negeri sudah ada sejak 2022. Ujian Nasional dihapus pada tahun 2021. 

Kalau dikatakan anak Indonesia ditolak S1 kampus luar negeri karena tidak ada ujian nasional sebagai tolok ukur intelegensi dan intelektualitas, terus apa kabar beasiswa LPDP?

Kurikulum Berubah Sesuai Zaman

Alasan utama kenapa kurikulum pendidikan berubah tiap beberapa tahun sekali karena mengikuti perkembangan zaman dan karakteristik siswa generasi terbaru.

Generasi Z dan Alpha tidak bisa dididik menggunakan cara belajar-mengajar Gen X dan Milenial. Pun andai Gen Z dan Milenial dididik menggunakan cara belajar seperti sekarang, bisa jadi mereka gelagapan karena tidak sesuai jamannya. Untuk itulah diadakan peningkatan kompetensi guru secara berkala. Supaya guru generasi old mampu menyesuaikan cara mengajarnya dengan generasi jaman now.

Kurikulum di Finlandia, menurut kompascom, juga berubah tiap 10 tahun sekali. Bedanya kurikulum di kita ikut pemerintahan terbaru, di Finlandia tidak karena sudah terjadwal. Sementara itu di Australia kurikulum ditinjau tiap enam tahun sekali. Inggris Raya juga mengubah kurikulum mereka tiap tujuh tahun sekali.

Pendidikan formal kita sebetulnya sudah sesuai zaman dan kebutuhan generasi sekarang. Kekurangan memang masih ada di beberapa sisi. Hanya saja kalau dibenturkan dengan realita hidup seperti, "Anak muda sekarang susah disuruh lembur, cari kerja milih-milih, dan gampang nyerah." atau "Anak SMA sekarang maunya jadi TikToker dan selebgram biar dapet duit. Disuruh belajar malah main Mobile Legend."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun