Kemdikbudristek dalam sosialisasi MPLS menyebut kalau MPLS haruslah menyenangkan. MPLS juga punya lima manfaat penting bagi peserta didik baru, yaitu mengurangi rasa cemas dan stres, mengenalkan sarana dan prasarana sekolah, membangun kekompakan dan kebersamaan, memahami kultur dan nilai sekolah, dan memberikan informasi penting kepada siswa dan orang tua.
Kemudian, bagaimana bisa menyenangkan serta mengurasi rasa cemas dan stres pada siswa baru kalau dia diminta memakai seragam sekolah lamanya seolah belum layak jadi bagian dari SMP dan SMA yang dia masuki?
Lain halnya kalau dia terpaksa mengenakan seragam sekolah lama karena seragam barunya belum selesai dijahit.Â
Lagipula kalau kita pikir, sebetulnya apa gunanya menyuruh siswa mengenakan seragam dari jenjang sekolah dibawahnya? Apa untuk membedakan siswa lama dan siswa baru supaya mudah dikenali saat MPLS? Kenapa siswa baru harus dibedakan dari kakak kelasnya?
Tidakkah meminta peserta didik baru untuk tidak langsung mengenakan seragam sekolah barunya berarti melestarikan perpeloncoan jaman penjajahan?
Pertanyaan itu tidak perlu dijawab karena cuma bagian kecil dari sengkarut pendidikan di negara kita yang nampak lebih suka sensasi daripada esensi. Lebih suka memelihara mental supaya tetap merasa terjajah dibalik aneka dogma dan indoktrinasi. Dan, Â sering lebih suka memperumit sesuatu daripada mempermudahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H