Sama seperti Berdansa dengan Kematian, Acek juga memasukkan nama kawan seprofesinya di dunia nyata ke dalam tokoh Qi-Sha seperti Lintang, Miguel, dan Donny de Keizer.
Nama-nama Kompasianer sahabat Acek juga muncul menjadi tokoh yang memperkaya cerita seperti Felix Tani, Siska Artati, Muthiah Alhasany, Arif Saleh, dan Fery Widyatmoko. Fery alias EfWe bahkan jadi salah satu tokoh utama bergelar komisaris polisi. Gimana gak keren, coba?!
Blog publik bernama Secangkir Kopi Bersama juga muncul sebagai password saat Kompol Fery datang ke rumah Atang. Acek Rudy tercatat sebagai anggota grup WhatsApp dan penulis di Secangkir Kopi Bersama yang mayoritas anggotanya adalah Kompasianer.
Hanya saja, karena saya lama mengenal nama-nama itu sebagai sesama Kompasianer, diawal membaca rasanya lucu membayangkan Engkong Felix jadi anak muda.Â
Di Kompasiana, Engkong memang sama seperti di Qi-Sha yang berwawasan luas dan sering tengil kalau menulis artikel humor. Juga sering nyeletuk gak pake mikir kala menaruh komentar di artikel Kompasianer lain, tetapi rasanya tetap gimana gitu membayangkan di Qi-Sha beliau jadi anak muda yang senang ngopi di kafe sampai larut malam.
Pun ada Siska Artati. Begitu membaca nama ini saya tergelak. Di kehidupan nyata Kompasianer Siska Artati adalah guru privat, tapi di novel Qi-Sha dia jadi wartawati.
Minim Masalah Plausibilitas
Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka membawa kita menelusuri lorong-lorong Kota Tua Jakarta tempat keluarga Mayor Giok dibantai tentara Jepang tanpa sekali pun mempertanyakan apakah tempat itu benar-benar ada atau hanya karangan belaka.
Acek Rudy berdomisili di Makasar dan sesekali ke Surabaya, tapi dia berhasil menggambarkan Kota Tua lama Jakarta dengan rinci. Banyak cafe di seputaran Jakarta yang buka sampai larut malam sehingga pemilihan lokasi di Jakarta sangat masuk akal untuk kisah di mana kita diombang-ambing dengan legenda Bai Suchen apakah dia itu sebenarnya jahat atau baik.
Dibanding Berdansa dengan Kematian yang unsur plausibilitasnya tinggi, Qi-Sha Tujuh Bintang Petaka minim masalah plausibilitas.
Related:Â Elevasi Buddhisme dan Budaya Jawa dalam Berdansa dengan Kematian Karya Acek Rudy
Satu-satunya masalah plausibitas dalam Qi-Sha ada di Bab 25 ketika Lintang dkk mengatakan mereka tidak tahu di mana Suci berada, tapi ketika Suci akan share loc, Lintang bilang mereka sudah tahu lokasi Suci karena sudah dari tadi membuntuti mobil yang ditumpangi Suci.