Novel horor jempolan yang seru, lucu, bikin terharu, dan minim head hopping yang bikin kita enjoy dan penasaran ingin terus membaca halaman demi halaman tanpa jeda!
Head hopping adalah lompatan sudut pandang antar-karakter dalam satu adegan yang terjadi pada cerita fiksi dan sering tidak disadari pengarang.
Dibanding novel perdana Acek Rudy Berdansa dengan Kematian, tidak ada head hopping di novel keduanya yang berjudul Qi-Sha Tujub Bintang Petaka. Ini bikin orang yang tidak suka genre horor dan mistis bisa menikmatinya tanpa harus berpikir keras dan merinding ketakutan.
Well, soal merinding ketakutan novel Qi-Sha sebetulnya bikin kita bergidik karena adegan kekerasan yang ditulis Acek betul-betul seperti terjadi di depan mata. Acek Rudy mahir merinci pemandangan mengerikan yang terjadi pada jasad Dauh, Alil, dan Nanda dengan nyata.
Uniknya, jika hampir semua kisah horor terasa janggal karena tidak masuk akal, Qi-Sha membuktikan bahwa hal mistis pun bisa diterima akal sehat karena berhubungan dengan kehidupan di dunia. Salah satu yang menjembatani dunia gaib dengan dunia nyata adalah mutasi jamur pemakan manusia yang dikuatkan oleh penelitian doktor di laboratorium IPB.
Unsur Intrinsik Numerologi
Selain Kompasianer, Acek Rudy dikenal sebagai numerolog kenamaan Indonesia. Wajahnya sering muncul di televisi sebagai narasumber yang mengungkap peristiwa kekinian dari sudut pandang fisolosofi angka.
Kita dapat menemukan filosofi angka-angka itu di Qi-Sha saat Tomi dkk menyelidiki kasus pembunuhan yang melibatkan Suhu Yong-min, Bai Suchen, dan keluarga Mayor Giok. Dari sini kita mengerti ternyata makna dibalik angka-angka bukanlah hal yang mistis, melainkan logis dan filosofis yang sudah digunakan oleh banyak suku bangsa yang berasal dari semua agama dan kepercayaan.
Sebagai novel bernuansa Tionghoa, budaya dan legenda didalamnya tentu berasal dari latar Acek Rudy yang orang Tionghoa. Namun, kerennya, tidak menjadikan novel ini primordial.
Hanya saja, penamaan tokoh numerologi dengan nama yang sama dengan pengarang novel ini, yaitu Acek Rudy dan Rudy Gunawan, rasanya kurang pas-meski sebetulnya tidak masalah.
Penamaan ini membuat Acek Rudy, yang bernama lengkap Rudy Gunawan, sebagai novelis jadi terlihat narsis dan mungkin akan mengganggu sebagian pembaca.