Perbedaan lain yang mencolok, di Jathilan ada penari yang kesurupan seperti kesenian Kuda Lumping, sedangkan pada Campur tidak.
Berhubung Jathilan ada kesurupannya, makanya selalu dimainkan siang hari supaya penari yang kesurupan mudah dikejar dan dihilangkan efek kesurupannya. Efek kesurupan ini oleh orang Magelang disebut dengan ndadi atau jadi (jadi kesurupan).
Kemudian, kesenian lain yang mirip seperti Topeng Ireng dari unsur lempeng-nya adalah Kubro. Ciri khas Kubro penarinya menerima perintah dari "komandan" untuk hadap kanan, hadap kiri, serta tegap grakk dan semua penarinya laki-laki.
Kubro artinya besar dan siswo artinya siswa (murid) yang mengandung makna ketaatan manusia kepada Yang Besar (Tuhan). Itulah sebabnya semua lagu yang dinyanyikan di Kubro berisi nasihat, moral, dan makna hidup.
Sama seperti Topeng Ireng, Kubro sering ditarikan pada malam hari sebagai hiburan warga saat ada hajatan pernikahan atau sunatan/khitan.
***
Tiap daerah pasti punya seni tari khasnya masing-masing. Maka sudah sepatutnya kita melestarikan kesenian lokal. Sayang, kan, kalau tergerus globalisasi lantas kita jadi tidak punya kesenian yang menunjukkan jati diri kita sebagai orang Indonesia yang berbhinneka tunggal ika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H