Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Pelatih Memenangkan Satu Asuhan dengan Melemahkan Asuhannya yang Lain

3 September 2023   15:15 Diperbarui: 3 September 2023   15:17 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama latihan di sekolah anak saya memainkan keyboard merek Yamaha. Namun di panggung saat tampil dia diberi keyboard Korg. Akibatnya anak saya jadi harus mencari dulu nomor berapa suara String di Korg padahal pemain rebana dan drum sudah mulai memainkan intro.

Anak saya sempat bertanya dimana letak suara String kepada pelatihnya yang duduk di samping panggung, tapi sang pelatih diam saja. Kali kedua anak saya menanyakan barulah pelatih menjawab String di nomor 34. Nomor 34 di Korg ternyata tidak bersuara String jadi anak saya berimprovisasi sendiri. Semua itu berlangsung saat pemain lain sudah memainkan intro.

Untung saja suara di keyboard 2 tidak ada masalah sebab si pemain menggunakan Yamaha seperti yang dipakainya tiap latihan. Disharmoni juga untungnya hanya berlangsung tidak sampai dua menit. Hanya saja karena terjadi di bagian intro yang memberi kesan awal bagi siapa pun yang mendengarnya, maka penampilan tim sekolah kami jadi tidak sebaik yang diharapkan.

Disharmoni tidak bakal terjadi kalau pelatih tidak mendadak menukar keyboard. Kalaupun mau menukar sang pelatih bisa lebih dulu menyetel Korg di nomor suara yang sama seperti tiap latihan.

Manusia memang tidak ada yang sempurna, tapi hasil latihan bisa membuat keterampilannya sempurna. Makanya ada pepatah practice makes perfect.

Membangun Persepsi Pralomba

Disharmoni intro yang terjadi diatas panggung terus terang bikin heran sebab sekolah anak kami berlatih intensif selama 2-4 jam tiap hari supaya tampil maksimal dan tidak malu-maluin mewakili Kecamatan Muntilan. Makanya saya jadi kepikiran untuk merunut ketidakwajaran yang terjadi pralomba.

1. Koreografi lebih banyak duduk. Anak saya mengutarakan keheranannya tentang koreografi untuk permainan rebana klasik.

Tahun lalu banyak gerakan yang harus dilakukan pemain saat sesi rebana klasik. Sekarang lebih banyak duduk. Saat itu kami berpikir koreografi dibuat lebih banyak duduk untuk menyesuaikan dengan posisi mikrofon yang rendah supaya suara rebana terdengar kencang dari atas panggung ke meja juri.

2. Vokalis fals dan pemain rebana lemah. Sang pelatih mengeluhkan suara vokalis laki-laki di tim rebana yang fals dan kurang kencang sampai pelatih membuat pernyataan, "Wah, ini gak bisa menang kalau vokalisnya fals dan pelan."

Beberapa kali juga mengeluhkan pukulan pemain rebana yang pelan dan mengatakan akan kalah kalau pukulan rebana beberapa anak selalu pelan.

Buat saya itu aneh karena idealnya pelatih selalu membangun positivisme ke anak didik dan memoles yang kurang bagus jadi lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun