Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Nostalgia Mudik via Pantura yang Membagongkan

29 April 2023   20:04 Diperbarui: 30 April 2023   07:27 10437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur pantura sudah tidak macet lagi setelah melewati Pekalongan | Foto: dokpri

Keberadaan tol Trans Jawa buat saya pribadi mempermudah dan mempernyaman perjalanan. 

Rest area di jalan tol tersedia tiap 25 kilometer. Kita sudah bisa memperkirakan kapan harus berhenti untuk pipis, istirahat, atau salat. Sedangkan kalau lewat pantura, kami cuma bisa istirahat di masjid atau SPBU yang tidak tahu di mana letak persisnya dan kapan akan sampai di SPBU atau masjid tersebut.

Mengemudi di jalan tol juga lebih mudah buat saya dibanding pantura yang banyak pemotor dengan lajur yang lebih sempit.

Meski begitu, masih banyak orang yang memilih lewat pantura kalau mereka tidak buru-buru ingin sampai ke tujuan atau karena pertimbangan biaya. Nostalgia juga jadi pertimbangan bagi sebagian orang untuk memilih bepergian lewat pantura. 

Titik-titik kemacetan di masa lalu di sepanjang pantura jadi kenangan yang tidak mudah dilupakan. Itu juga yang dirasakan suami saya. Dulu simpang Jomin jadi liputan utama media massa saking macetnya, perempatan Cirebon juga dijaga banyak polisi, belum lagi pasar tumpah yang marak ditemui menjelang lebaran di banyak kota pantura.

Pesona Laut Indramayu

Minimnya lapak kaki lima dan rumah makan di jalur pantura membuat kami kesulitan mencari makan siang dan tempat istirahat. Restoran yang kami temukan cuma Pesona Laut di Indramayu.

Lokasi Pesona Laut sangat memikat karena berada di pinggir laut dan menawarkan menu seafood. Sayang sekali menu hidangan laut sudah habis dan yang cuma tersedia cuma aneka masak cumi, sayur, ayam, dan ikan air tawar.

Habisnya menu boga bahari sudah bisa diduga karena resto ini penuh bukan main. Sementara saya mengantre di kasir, suami harus adu debate dengan pengunjung lain yang cuma berempat, tapi memakai meja untuk delapan orang. 

Penuhnya Pesona Laut kami yakin bukan karena lokasinya yang persis di pinggir laut, melainkan karena minimnya rumah makan dan restoran di sepanjang pantura. Ada 2-3 rumah makan prasmanan, tapi selalu dipenuhi oleh bus-bus AKAP. Bus-bus ini juga lewat pantura karena tidak bisa lewat tol yang saat itu dieksklusifkan hanya untuk pemudik yang pulang ke Jabodetabek.

Makan di Pesona Laut ternyata juga membagongkan. Sudah cita rasa makanannya ora enak blass, harganya super mahal, pelayanannya pun serba lama. Resto ini cuma menang di suasana pinggir lautnya doang. 

Pemandangan laut dari samping resto Pesona Laut di Indramayu | Foto: dokpri
Pemandangan laut dari samping resto Pesona Laut di Indramayu | Foto: dokpri
Tapi resto ini bakal jadi pilihan kami lagi tahun depan kalau mudik lewat pantura. Tidak ada pilihan, kecuali kalau sudah ada restoran baru yang lebih layak dinikmati dengan harga sepadan.

Macet Panjang di Jalur Nostalgia

Kami kira pemudik yang pulang berkebalikan arah tidak banyak jadi pantura akan sepi dan perjalanan kami bakal lancar jaya sampai Muntilan. Ternyata membagongkan banget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun