Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Nostalgia Mudik via Pantura yang Membagongkan

29 April 2023   20:04 Diperbarui: 30 April 2023   07:27 10437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur pantura sudah tidak macet lagi setelah melewati Pekalongan | Foto: dokpri

Ndilalah, orang yang kami tanya kemana arah Cinere malahan tidak tahu dimana itu Cinere. Kami beralih tanya ke penjual buah yang menjawab dengan amat pelit dan baru tersenyum setelah kami beli sekilo jeruk dagangannya. 

Ternyata mengikuti petunjuk jalan dari penduduk setempat membuat kami menjauhi Cinere karena malah sampai ke Margonda, pusat kota Depok.

Kami lebih hapal jalan di Jakarta daripada Depok. Selain karena saya lahir dan besar sampai menikah di Jaksel, orang tua saya juga baru empat tahun pindah ke Depok setelah sebelumnya tinggal di kawasan Radio Dalam, Kebayoran Baru. Pun Cijago (Cinere-Jagorawi) adalah tol yang pengoperasiannya baru dilakukan penuh mulai 2023 ini.

Walau namanya Cinere-Jagorawi, sebenarnya tol ini tidak persis berada di Cinere, melainkan di Beji. Bila Beji berada dekat Margonda dan sudah Depok banget, Cinere lebih dekat ke Jakarta. Inilah yang membuat kami nyasar karena mengira keluar tol langsung Cinere, ternyata masih lumayan jauh juga.

Jarak dari Muntilan ke Cinere sejauh 550 kilometer kami tempuh dalam waktu 10 jam, sudah termasuk nyasar di exit tol Cikunir 2 dan exit tol Cijago. Cepat juga, yah!

Konsekuensi Tol Trans Jawa pada Pantura

Ada yang bilang tol Trans Jawa mematikan mata pencaharian penduduk di jalur pantura karena orang lebih memilih lewat tol. 

Pendapat ini tidak keliru meski tidak benar juga walau kami ikut mengalami efek keberadaan Trans Jawa terhadap jalur pantura tersebut.

Sewaktu pulang dari Cinere ke Muntilan lewat pantura, kami hampir tidak menemukan rumah makan dan restoran. Lapak-lapak kaki lima sudah tidak tampak lagi di sana. Rumah makan dan restoran juga banyak yang tutup, bangkrut karena tidak lagi disinggahi pengendara.

Sebelum ada tol, suami bercerita kalau di sepanjang jalur pantura mudah ditemui penjual makanan dari lapak kaki lima sampai restoran berjejeran, membuat orang mudah mencari makan atau sekadar istirahat minum air kelapa muda. 

Tempat istirahat dadakan dan posko mudik juga mudah ditemukan kalau kita ingin buang air atau sekadar melonjorkan kaki.

Semasa bujangan suami saya pernah mudik naik motor melewati jalur pantura yang macetnya luar biasa sampai dia baru tiba di Muntilan 23 jam kemudian. Tetapi tidak ada rasa lelah karena yang dia rasakan hanyalah kegembiraan dan kebersamaan bersama para pemudik yang lewat pantura, terutama sesama bikers yang mudik ke Yogya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun