"Alhamdulillah! Cici memang anak salihah! Insyaallah kalau Cici berniat sungguh-sungguh puasa sampai magrib, Cici pasti kuat," kata Paman. "Cici sudah salat Zuhur?"
Cici menggeleng malu dan menjawab belum.Â
***
Pulang sekolah Cici bingung harus melakukan apa. Biasanya dia buka puasa dengan makan masakan Ibu, hari ini karena dia ingin puasa sampai magrib, jadi tidak ada apa pun di meja makan.
"Kalau sudah salat Zuhur kamu tidur siang saja, Ci," kata Ibu melihat Cici yang gelisah menahan haus.
Cici mengangguk. Dia berwudu dan setelah itu berkumur dengan hati-hati supaya tidak tertelan untuk menghilangkan rasa kering di mulutnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore saat Cici bangun tidur. Alhamdulillah, ucapnya pelan, sudah jam empat, berarti tinggal dua jam lagi sebelum buka puasa.
Dia lalu mengambil buku dari tas dan mengerjakan tugas dari guru kelasnya. Setelah selesai diambilnya buku pelajaran untuk mata pelajaran besok dari meja belajar, sedangkan buku yang besok tidak ada pelajarannya dia keluarkan dari tas.
Alhamdulillah! Azan berkumandang dan hari ini pertama kalinya Cici berpuasa sampai magrib. Tegukan teh manis hangat rasanya begitu menyegarkan dan langsung menghilangkan haus yang mendera seharian.
Ibu bilang kalau puasanya sehari penuh, lebih enak buka puasa minum teh hangat daripada es teh. Benar juga, Cici merasa nyaman saat tenggorokan dan perutnya ikut hangat setelah menghabiskan separuh gelas teh. Dia mencomot tahu isi yang digoreng krispi oleh ibunya.
Terima kasih, ya, Allah, ternyata aku bisa juga puasa sampai magrib, Cici membatin sambil mengunyah tahu isi.