"Kok nasi gorengnya belum dimakan? Tidak enak?" tanya Ibu setelah menggantung sapu di pojok dapur.
Cici menggeleng.
"Bu, boleh tidak aku dibelikan Art Set? Itu alat mewarnai lengkap yang ada spidolnya, cat airnya, pensil warna, dan krayonnya. Seperti punya Lia."
"Cici, kan, masih punya krayon dan pensil warna."
Cici menunduk, "Tidak lengkap, Bu, cuma ada dua belas warna, kalau Art Set warnanya banyak."
Ibu mendesah panjang, "Berapa harganya?" sambil menimbang seberapa perlu Cici punya Art Set seperti itu. Cici memang sangat suka menggambar dan gambarnya bagus-bagus.
"Emm... Seratus ribu," Cici menjawab pelan sambil menunduk lagi, merasa tidak enak harus minta dibelikan barang yang harganya tidak murah.
"Ibu lihat-lihat gambar dan harganya dulu di Google ya, nanti kalau Bapak pulang, kita tanya Bapak, boleh tidak Cici beli Art Set itu. Cici mau, kan, menunggu Bapak pulang?"
Cici mengangguk cepat-cepat tanda mengerti seraya tidak sabar menunggu sampai pukul tujuh malam saat bapaknya pulang.Â
***
Suara azan asar berkumandang dari masjid. Cici sedang membaca buku berjudul Heidi yang dipinjamnya dari Pojok Baca di kelas saat dia mendengar jelas suara pamannya.